Lebih lanjut Sugiono menjelaskan, dengan menurunnya produktifitas mangga, ia dan petani lainnya harus pintar-pintar dalam memutar otak.
Hal itu penting dilakukan, mengingat mangga hanya akan berbuah satu atau dua kali dalam satu tahun.
Baca Juga: Hampir Berpesta, VAR Gagalkan Kemenangan The Reds di Merseyside Derby
“Jadi selama musim mangga, ya harus benar-benar pintar dalam memanagenya. Karena setelah musim selesai, kebutuhan hidup selama setahun harus diperhitungkan. Kalau tidak ya bisa kocar-kacir,” akunya.
Sugiono menjelaskan bahwa di Desa Wonokerto terdapat 300 hektar lahan kebun mangga yang dipunyai warga.
Selain, di jual langsung ke pembeli, para petani mangga juga di Wonokerto, ada yang menjualnya melalui pengepul atau pembimbing petani, utamanya pengepul yang sudah memiliki pelanggan hingga luar kota.
“Ada yang punya pelanggan sendiri, tapi ada yang menjualnya ke pengepul, kemudian dibantu dijual. 80% dari jumlah penduduk di Wonokerto berprofesi sebagai petani mangga alpukat,” tutupnya. ***