Baca Juga: Kemenag Catatkan Prestasi, Seratus Persen BSU Guru Madrasah Non PNS Cair
Hanya saja, para kritikus menyebut bahwa langkah tersebut justru membalikkan integrasi beberapa dekade dengan tetangga terdekatnya dan mengancam untuk memecah Inggris, membahayakan ekonomi negara dan mengurangi kedudukan internasionalnya.
Pergeseran penting pada Malam Tahun Baru 2021 itu terjadi lebih dari empat tahun setelah sebagian kecil warga Inggris memberikan suara mendukung pengunduran diri dari Uni Eropa dalam referendum pada Juni 2016 lalu.
Baca Juga: Pembuat Parodi Lagu Indonesia Raya Ternyata WNI, Video Mesum Gisel pun Merujuk Analisis Roy Suryo
Referendum Brexit memicu krisis politik di Inggris yang secara efektif mengakhiri karier politik dua pendahulu PM Johnson yakni mantan PM Theresa May dan David Cameron, yang mempolarisasi bangsa, menyaksikan peningkatan xenofobia dan hubungan yang memburuk dengan blok Uni Eropa tersebut sebagai mitra dagang terbesarnya.
Hubungan antara London dan Brussel (kantor pusat Uni Eropa) sekarang akan diatur ulang di bawah ketentuan Perjanjian Perdagangan dan Kerja Sama yang baru-baru ini ditandatangani.
Baca Juga: Pelatih Bali United Pertahankan Melvin Platje dan Brwa Nouri, Ini Alasannya
Intinya, ini adalah pakta perdagangan bebas sempit yang dikelilingi dengan perjanjian lain tentang berbagai masalah termasuk energi, transportasi dan kerjasama polisi dan keamanan.
Kesepakatan itu akhirnya ditengahi seminggu yang lalu, setelah selama berbulan-bulan negosiasi tersinggung dalam apa yang disebut “masa transisi”.