Takut Penampakan Lenin, Bapak Brimob Komjen Pol M Jasin Tak Bisa Tidur di Moskow, Begini Kisahnya

13 Oktober 2020, 21:59 WIB
Komjen (Pol) DR. H. Moehammad Jasin (Pahlawan Nasional dan Bapak Brimob) /Repro Buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia/Istimewa

DENPASARUPDATE.COM – Siapa yang tidak kenal tokoh kepolisian Komisaris Jenderal (Komjen) Pol. Moehammad Jasin? 

Sosok yang merupakah sebagai bapak Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri ini dikenal sebagai sosok polisi yang dikenal jujur dan rendah hati.

Ia adalah sosok lain polisi jujur dan berani selain yang paling dikenal, yaitu Jenderal Hoegeng. 

Baca Juga: Ketua Setara Himbau Tetap Kedepankan Ketertiban Dalam Aksi Demonstrasi UU Cipta Kerja

Bahkan, Jasin pun akhirnya diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) pada medio 2015 lalu. 

Namun, dibalik itu semua sosok ada kisah unik nan lucu dari pahlawan Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara tersebut. 

Kisah ini dimulai pada medio 1962 lalu, saat itu, Jasin masih berpangkat Komisaris Besar (Kombes) dan sedang menjalani pendidikan di Jerman Barat. 

Suatu waktu, Jasin diajak oleh Duta Besar RI Jerman Barat saat itu, Lukman Hakim SH ke Vienna atau Wina di Austria untuk mencari terkait kondisi di tanah air. 

Baca Juga: Ngaku Emosi, Ini Alasan Imam Arifin Tebas Gung Monjong di Kafe Jelita

Pasalnya, saat itu, rombongan Presiden Sukarno yang sedang singgah di kota tersebut.

Dalam rombongan yang cukup besar itu terdapat Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad) Jenderal Gatot Soebroto dan Kolonel Mas Isman.

Rombongan besar itu sendiri akan melanjutkan perjalanan ibukota Uni Soviet, Moskow.

Mereka dijemput Dubes RI untuk Soviet Adam Malik di Wina. Di situlah Jasin bertemu Adam.

“Bung Adam mengajak saya untuk ikut rombongan Presiden ke Moskow. Kepadanya saya katakan, ‘Bung Adam harus tahu bahwa sekarang ini saya hanya bertugas belajar dan tidak memiliki jabatan. Apakah Presiden Soekarno setuju jika saya ikut rombongan?’” kata Jasin dalam memoarnya, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia halaman 221.

“Semua bisa diatur. Tidak apa-apa, ikut saja,” jawab Adam santai.

Baca Juga: Siap Wujudkan Jembrana Kembali Jaya, Ini Komitmen PKB Menangkan TEPAT

Bahkan, jawaban Adam Malik itu membuat Jasin ikut “ngintil” alias menyelinap romobongan ke Moskow.

Di Bandara Internasional Moskow, rombongan tersebut mendapat sambutan meriah secara kemiliteran.

Menariknya, usai bersalam-salaman dengan perwakilan tuan rumah, Adam Malik melakukan hal yang ‘nyeleneh’ dan mengagetkan Jasin.

Pria yang kemudian menjadi Wakil Presiden Indonesia di masa Orde Baru itu memperkenalkan Jasin kepada kepala Kepolisian Uni Soviet sebagai Kapolri.

“Saya berbisik kepada Bung Adam, ‘Bung, saya kan bukan Kapolri.’ Bung Adam balas berbisik, ‘Diam sajalah, supaya dilayani baik,’” kata Jasin dalam testimoninya di buku Sukarni Dalam Kenangan Teman-Temannya dikutip dari historia.id.

Baca Juga: Corona Belum Juga Usai, Muncul Lagi Norovirus, Apa itu Norovirus? Yuk Simak Gejala dan Bahayanya

Ulah Adam membuat Jasin mendapat fasilitas kelas satu. Selain mendapat kamar super VIP di Hotel Sovietskaya, Jasin juga mendapat dua ajudan dari Kepolisian Soviet yang standby menjaga keamanannya sekaligus memenuhi semua permintaannya.

Sontak, fasilitas itu membuat Dubes RI untuk RRC Sukarni, yang juga hadir ke Moskow, bingung karena fasilitas yang diterimanya berbeda.

Dia lalu menanyakannya pada Jasin mengapa dapat kamar lebih besar dari yang dia dapat.

“Ini akibat ulah Bung Adam, saya diperkenalkan kepada mereka sebagai Kepala Polisi RI,” jawab Jasin.

Jasin ikut saat rombongan presiden mengunjungi Mausoleum Lenin. Malamnya, sepulang dari Mausoleum, wajah Lenin terus membayangi Jasin.

“Pada malam pertama di Hotel Sovietskaya saya dihinggapi rasa takut tidur di tempat tidur yang diperkirakan dapat ditiduri oleh 10 orang dalam ruangan yang sangat luas. Saya berusaha menutup mata, tetapi rasanya terbayang Lenin berdiri di muka tempat tidur saya. Maklumlah, paginya saya turut dalam acara berkunjung ke Museum Lenin. Saya bangun dan membuka jendela besar kamar, sehingga saya dengar kesibukan lalu lintas. Saya berharap, dengan berbuat demikian, akan hilang rasa takut itu. Saya kemudian kembali ke tempat tidur,” kenang Jasin.

Baca Juga: Resto Solo Bogor, Destinasi Kuliner Sangat Ikonik di Kota Hujan

Upaya itu tak membantu Jasin bebas dari rasa takutnya. Dia tetap tak bisa tidur. Dia bahkan kaget setengah mati ketika suara ribut memenuhi kamarnya.

Suara itu ternyata datang dari seekor burung gagak yang masuk. Maka Jasin buru-buru mengusirnya.

Namun, tetap saja Jasin tak bisa tidur. Karena diliputi ketakutan, Jasin pun menuju kamar Sukarni yang terletak di lantai yang sama.

Dia berharap Sukarni sudi menemaninya tidur di kamarnya. Jika Sukarni menolak, Jasin berencana ingin menumpang tidur di kamar Sukarni.

Baca Juga: Mengenal Kim Sae Ron, Artis Korea yang Berkarir Sejak Cilik dan Memiliki Kekayaan 1 Juta Dolar

Pintu kamar Sukarni pun diketuk Jasin. Namun karena berulangkali ketukan pintunya tak membuat Sukarni bangun, Jasin terpaksa kembali ke kamarnya sambil gelisah. Lelahlah yang akhirnya membuatnya bisa tidur.

Di acara makan siang keesokannya, Jasin bertemu Sukarni yang mengajaknya makan siang ke rumah dinas Adam. Keduanya lalu menuju rumah dubes. Jasin merasa perlu membicarakan “jabatan Kapolri dadakan”-nya dengan Adam.

“Saya masih tetap memikirkan ‘keberanian’ Bung Adam ‘mengangkat’ saya dari tugas belajar ke kedudukan sebagai Kepala Kepolisian RI di negeri Uni Soviet yang protokol dan intelnya ketat. Bagiamana jika ketahuan? Pasti akan muncul permasalahan diplomatik dan Kepala Kepolisian Negara RI yang sebenarnya mengajukan protes. Pikiran saya menjadi kacau mengharapkan Bung Adam lekas kembali agar ia menenangkan diri saya.”

Baca Juga: Novel Baswedan Pertanyakan UU Omnibus Law Berubah-ubah

Maka sembari makan siang, Jasin mengutarakan kegelisahannya kepada Adam. Sukarni yang tak tahu apa-apa hanya mendengarkan.

“Bung Jasin jangan pikirkan hal itu lagi. Saya sendiri telah menyelesaikan hal itu dengan Pimpinan Kepolisian Uni Soviet. Saya sudah minta kepada Attache Militer kita untuk mengurus perjalanan pulang Bung kemblai ke Jerman. Tinggallah beristirahat semau Bung!” kata Adam menjawab, dikutip Jasin.

Jasin lega mendengar jawaban Adam. Dia lalu beralih ke Sukarni. “Di sana saya ceritakan apa yang saya alami tadi malam. Bung Karni tertawa terbahak-bahak. Katanya, ‘Masakan seorang jago medan perang takut kepada setan!’.***

Editor: Rudolf Arnaud Soemolang

Tags

Terkini

Terpopuler