Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Lumajang Edy Sumianto mangatakan mewakili umat Hindu yang ada menyampaikan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada Pemkab Buleleng.
Telah berkenan untuk melaksanakan bakti penganyar di Pura Mandara Giri Semeru Agung.
Baca Juga: Keren, Pertama di Indonesia, RSUD Wangaya Denpasar Miliki Poliklinik Tradisional Integrasi
Selain bakti penganyar yang selalu berdampingan antara Jawa Timur dan Bali, pelaksanaan upakara atau ritual yadnya di pura ini dengan sesaji atau banten selalu berdampingan.
Selalu melengkapi antara Hindu Jawa dan Bali, "Jadi kalau dulu awal-awal kita sering mendengar istilah Balinisasi. Istilah bahwa umat hindu Jawahanya jadi penonton. Itu sebenarnya tidak benar karena memang umat Hindu di Kabupaten Lumajang dari awal proses pembangunan sudah terlibat," kata dia.
Dengan adanya keterlibatan dan kebersamaan antara umat hindu di Bali dan Lumajang, maka secara tidak langsung Pura Mandhara Giri Semeru Agung ini adalah salah satu contoh.
Bahwa sebenarnya Hindu Jawa di Lumajang dan Hindu Bali adalah satu tradisi. Hanya tata cara pelaksanaannya saja yang berbeda.
"Hanya bentuk bantennya yang berbeda. Tetapi maknanya satu. Jadi itulah Hindu Indonesia. Hindu Nusantara. Biarkan Hindu di daerah berkembang sesuai dengan kearifan lokal masing-masing. Sehingga kita Hindu Indonesia ini akan menjadi penuh warna," tutup Edy Sumianto.***