Kritik Soal Penggunaan Masker Yang Tak Benar, Ahli Epidemiologi UI Sebut Pemimpin Harus Jadi Teladan

- 30 Agustus 2020, 08:34 WIB
Hampir seluruh negara memberlakukan wajib masker.
Hampir seluruh negara memberlakukan wajib masker. /Pixabay/

DENPASARUPDATE.COM - Guna menekan penularan pandemi Covid-19, para pemimpin dan pejabat negara perlu memberikan contoh terkait hal tersebut.

Salah satunya, yakni dengan mencontohkan penggunaan masker secara benar.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono Editor Meeting The Society for Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) yang membahas Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi COVID-19 di Jakarta, Sabtu 29 Agustus 2020 malam.

Menurut dia, para pemimpin dan pejabat negara justru tidak menjadi contoh yang baik dalam menggunakan masker.

Baca Juga: Koster Jadi Panglima Perang PDIP di Pilkada, Mas Sumantri Ingatkan Jangan Menyalahgunakan Jabatan

"Pemimpin kita belum beri contoh baik dalam pakai masker. Apa yang diharapkan dengan realita belum sama," katanya.

Ia menambahkan bahwa sampai sekarang masih sering terlihat pemimpin dan penjabat negara menggunakan masker dengan tidak benar.

Pandu menyebutkan bahwa sering terjadi masker diturunkan ke leher saat berbicara, padahal bagian dalam masker dapat terkena virus yang mungkin sudah melekat di bagian leher.

Baca Juga: Janji Sejahterakan dan Bahagiakan Warga Badung, GIRIASA Mantap Tatap Pilkada, Harap Dukungan Golkar

Saat masker digunakan lagi menutupi mulut dan hidung orang tersebut dapat terpapar virus, ujar Pandu, lebih baik masker dilepas dan dipastikan bagian luar yang sudah terpapar berbagai macam hal tidak mengenai lapisan dalam untuk mencegah virus terhirup jika masker dikenakan lagi.

Pandu juga mengkritisi acara foto bersama sejumlah pejabat pemerintahan di Bali baru-baru ini serta kasus penularan COVID-19 di sejumlah kementerian.

Padahal, di beberapa daerah, contohnya Bali, Gubernur Bali, Wayan Koster malah memberlakukan peraturan gubernur terkait sanksi bagi warga masyarakat yang tidak menggunakan masker.

Baca Juga: Bangun Kantor Majelis Desa Adat se-Bali, MDA Kota Denpasar Sebut Koster Titisan Mpu Kuturan

Dari pemodelan yang dilakukannya, terlihat prediksi risiko tertular COVID-19 berdasarkan tindakan pencegahan menunjukkan jika tanpa pencegahan 30 persen berisiko tertular, dengan mencuci tangan dengan sabun 19,5 persen masih berisiko tertular, pakai masker kain saja 16,5 persen tertular, mencuci tangan dan memakai masker 10,7 persen risiko tertular, menjaga jarak minimal satu meter 4,5 persen berisiko tertular.

Jika mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dengan benar serta menjaga jarak minimal satu meter dengan yang lain risiko penularannya 1,6 persen.

Direktur Eksekutif Nasiona Walhi Nur Hidayati mengatakan masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan "leading by example".

Mereka tidak mendengarkan tapi mengikuti apa yang dilakukan orang lain.

Karenanya pemerintah perlu konsisten dan mencontohkan hal yang tidak meremehkan pandemi.

Ketika masyarakat diminta disiplin, kata dia, maka mereka benar-benar tidak menyepelekan penularan virus tersebut sehingga hal Itu menjadi bentuk kampanye yang lebih efektif.***

Editor: Rudolf Arnaud Soemolang

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah