Webinar Indonesia Mampu: Generasi Z bukan Objek Politik, Libatkan sebagai Subjek

- 12 Juni 2023, 07:57 WIB
Para peserta Webinar Indonesia Mampu dengan topik: Pemilu Dalam Kaca Mata Generasi Z : Pandangan dan Harapan
Para peserta Webinar Indonesia Mampu dengan topik: Pemilu Dalam Kaca Mata Generasi Z : Pandangan dan Harapan /Humas Indonesia Mampu/Denpasar Update

 

DENPASARUPDATE.COM – Pemilu sebagai salah satu proses politik dalam sistem demokrasi di Indonesia, sejatinya menjadi wahana untuk masyarakat dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Masyarakat dapat menilai, memilih dan menentukan arah perkembangan Indonesia ke depan. Tak terkecuali Generasi Z yang menjadi ujung tombak dan lokomotif era Indonesia Emas di tahun 2045 nanti. Peran dan partisipasinya tentu sangat diperlukan.

Wacana tersebut mengemuka dalam Webinar Indonesia Mampu dengan tema “Pemilu Dalam Kaca Mata Generasi Z : Pandangan dan Harapan”, pada Sabtu, 10 Juni 2023.

Menghadirkan 3 (tiga) narasumber yang masing-masingnya adalah Hadi Suprapro Rusli selaku Direktur Eksekutif Ide Cipta Research and Cunsulting (ICRC), Zhilan Nabila dari Centennialz dan Giovanni Helmi Munif selaku Komisaris WargaMuda.

 Baca Juga: LPS Gaungkan Literasi Penjamin Simpanan dengan Menggandeng Jurnalis di Bali

Founder Indonesia Mampu, Endah Cahya Immawati, menyampaikan bahwa di dalam proses pemilu yang tahapannya sudah dimulai, gagasan dan harapan dari Gen Z penting untuk diketahui oleh para kontestan agar menjadi agenda politik yang diimplementasikan di dalam kebijakan, program, dan anggaran.

“Penting bagi generasi Z untuk turut aktif mewujudkan politik/demokrasi yang substantif, berkualitas dan berintegritas, dalam rangka mewujudkan kehidupan ke arah yang lebih baik,”ujar Endah dalam pengantarnya di awal diskusi.

Dalam paparannya, Direktur Eksekutif Ide Cipta Research and Consulting (ICRC), Hadi Suprapro Rusli, menyampaikan bahwa tipologi dan kecenderungan politik generasi Z itu menyukai hal yang bersifat fleksible bukan otorotatif, pola akses dan kecenderungan yang berbeda terhadap media sosial, style, dan pilihan kebijakan yang berhubungan dengan isu pendidikan dan lapangan pekerjaan haruslah ditangkap oleh stakeholder pengambil kebijakan dan para kontestan.

 Baca Juga: Buronan Interpol Asal Kanada Akhirnya Diekstradisi, Sempat Tertahan Isu Diperas oleh Polisi Rp1 Miliar

“Karakter pemimpin yang disukai oleh anak muda adalah prestasi, merakyat dan sederhana, berwibawa dan tegas, selain itu tidak mempunyai rekam jejak korupsi, jujur, dan pekerja keras” lanjut Hadi.

 Zhilan Nabila dari CentennialZ menyampaikan bahwa 40 % penduduk Indonesia merupakan generasi Z yang memiliki karakter inklusif, berbasis komunitas, dan mengorganisir gerakannya dengan menggunakan media digital. Termasuk dalam hal memandang dunia politik,

 “Gerakan ini dipilih sebagai cara oleh Gen Z dibanding dengan strategi turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Karakteristik ramah digital inilah yang perlu disesuaikan oleh para kontestan,”tutur Nabila.

 Baca Juga: Mengapa Streaming DramaQu Menjadi Pilihan Netizen Menonton Drakor, Begini Alasannya

Dalam kesempatan yang sama, Komisaris WargaMuda, Giovanni Helmi Munif, yang juga merupakan perwakilan dari Gen Z menyatakan bahwa Gen Z itu sangat aktif terhadap isu-isu lingkungan, politik, kesetaraan gender dengan perspektif yang inklusif dan memanfaatkan media sosial di dalam mengorganisir dan mempengaruhi opini publik.

 “Gen Z memiliki pandangan bahwa diperlukan pendidikan yang inklusif, lingkungan yang berkelanjutan, dan partisipasi politik dalam komunitas melalui metode digitalisasi. Hal yang penting diperhatikan oleh para stakeholder yaitu bagaimana melibatkan generasi Z didalam proses politik, tidak hanya menjadi objek politik” tambahnya. ***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah