Kelangkaan Kontainer Rugikan Eksportir, Legislator Asal Bali Nyoman Parta Sodok Menteri Perdagangan

27 Agustus 2021, 20:32 WIB
Anggota DPR RI asal Gianyar Bali, Nyoman Parta saat menyoroti kinerja Menteri Perdagangan M. Luthfi terkait kelangkaan kontainer /Humas DPR RI/Denpasar Update

DENPASARUPDATE.COM –Seolah terjadi ambivalensi atmosfer perdagangan dalam negeri, legislator Senayan asal Nyoman Parta menyoroti kinerja Menteri Perdagangan M. Luthfi. Pasalnya, anggota DPR RI dari PDIP ini menilai ada yang ganjil menyusul kelangkaan kontainer atau container shortage di Indonesia ditengah baru bergairahnya pasar ekspor.

Padaha katanya, di tengah pandemi Covid-19  menurut Parta ekspor tersebut menjadi andalan Indonesia untuk meningkatkan perekonomiannya.

Hal itu disampaikan Parta kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Luthfi saat rapat kerja antara Komisi VI, Kamis , 26 Agustus 2021.

Baca Juga: Tatap BRI Liga 1, Ini Skuad Lengkap Bali United Musim 2021-2022

Legislator PDIP asal Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar itu menyebutkan jika dari data yang diperolehnya krisis kontainer masih menghantui ekspor - impor Indonesia.

Bahkan, di lapangan harga kontainer meningkat 5 - 6 kali lipat yang membuat pengusaha sulit untuk melakukan aktivitas perdagangan.

"Ketika ekspor menjadi andalan dimasa pandemi, justru terjadi kelangkaan kontainer.Harga menjadi melambung tinggi sebagai contoh untuk kontainer 40 feet, harga awal Rp 125 juta menjadi Rp 245 juta. Banyak eksportir merugi. harga yang tinggi menyebabkan buyer membatalkan maupun menunda pembelian," kata mantan anggota DPRD Bali ini,  Jumat 27 Agustus 2021.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Sabtu 28 Agustus 2021 Karir dan Keuangan: Scorpio Ada Kans Besar, Sagitarius Perlu Jadwal Ulang

Menurutnya,  kelangkaan kontainer tersebut terjadi akibat adanya kendala global terkait dengan kenaikan harga atau biaya pengiriman di Indonesia ke seluruh dunia, terutama negara tujuan Amerika dan Eropa. "Kenaikannya 2-5 kali lipat, dari harga pengiriman sebelum pandemi," ujar dia.

Kelangkaan kontainer ini disebabkan karena supply shortage yang menyebabkan freight rate naik secara signifikan.

Hal ini karena tidak seimbangnya perdagangan ekspor - impor, membuat kapal tidak mendapat muatan penuh untuk perjalanan pulang dan pergi. Sehingga aktivitas kapal atau penerbangan dikurangi oleh perusahaan ekspedisi, yang membuat kelangkaan kontainer hingga membengkaknya ongkos kirim.

 Baca Juga: Dilantik, De Gadjah – Muntra Lawatan Politik Temui Koster, Soal Koalisi Ngaku Jalan Masih Panjang

"Apakah ini di tanggung oleh penerima atau eksportir,  ini tergantung dari eksportir jika sampai mengirim atau menjual ke negara tujuan, ditanggung oleh eksportir. Akhirnya kan tidak jadi dikirim atau mengalami kerugian, dan dirubah kembali," jelasnya.

Permintaan tinggi, penawaran tidak banyak dan harga naik," imbuhnya.

Bahkan, menurut Parta kebanyakan importir ke Indonesia mengirim bahan baku mentah. Ini karena industri Indonesia belum banyak beroperasi secara maksimal.

Baca Juga: Ini Dia Ramalan Zodiak GEMINI Bulan September 2021, Lengkap Mulai Cinta, Keuangan, Karir hingga Kesehatan

"Yang dikirim ke Indonesia yang bahan mentah dengan container yang kecil/ pendek sementara kita mengirim produk jadi dengan container yang besar. Karena mekanisme pasar, tidak ada kesengajaan dari negara," ungkap Parta.

Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan dapat memberikan subsidi, agar ekspor bergeliat atau memikirkan cara untuk membuat kontainer di Indonesia agar kapal pelayaran bisa naik ke Asia, Eropa dan Amerika.

Apalagi, jika penerbangan masih terbatas akibat pandemi Covid-19.  Khusus untuk Bali sendiri, Parta juga mendesak untuk segera membuka Bandara Ngurah Rai untuk ekspor berbagai komoditi khas Bali.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Akhir Pekan Terlengkap, Siapakah Pasangan Terbaikmu? Temukan Disini!

"Kalau untuk ekspor melalui Ngurah Rai Airport, agar segera dibuka. Sementara yang bisa dikirim adalah barang atau kerajinan yang kecil-kecil handycraft, juga ikan atau fresh fish selama ini kita titip di lambung pesawat Airbus, Boeing atau pesawat yang datang bagasinya kita titipkan barang ekspor Bali, karena sekarang tidak ada berate harus carter," katanya.

Pasalnya, apabila muatan ekspor dikirim melalui jalur darat via Surabaya maka akan rentan rusak atau bahkan pecah. Sedangkan, pengiriman lewat jalur laut sendiri Pelabuhan Benoa tidak menjadi bagian untuk pelabuhan ekspor.

Sehingga, perluasan dan revitalisasi Pelabuhan Benoa wajib dilakukan untuk merubah status sebagain pelabuhan ekspor dan impor. Maka tegasnya,  perluasan dan revitalisasi Pelabuhan Benoa  harus sekaligus merubah status untuk ekspor-impor. ***

 

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Denpasar Update

Tags

Terkini

Terpopuler