Sejarah Hari Raya Kurban dalam Teladan Nabi Ibrahim dan Ismail, Simak Kisahnya!

- 6 Juli 2021, 14:28 WIB
Ilustrasi sejarah kurban Nabiu Ibrahim dan Ismail
Ilustrasi sejarah kurban Nabiu Ibrahim dan Ismail /gomuslim/Denpasar Update

DNPASARUPDATE.COM - Hari raya Kurban sebentar lagi akan dilaksanakan, sebagai umat Islam perlu kiranya untuk tahu akan kisah dibalik pelaksanaan hari Raya Qurban. Seperti dikutip dari laman NU Online bahwa, Peristiwa ini terjadi setelah meledaknya tragedi pembakaran Nabi Ibrahim yang dilakukan Raja Namrud dan anak buahnya. Hanya saja sebagai bukti  kenabian dan salah satu mukjizat  Nabi Ibrahim, Allah Swt. menyelamatkannya dengan memerintahkan api yang membakar tubuhnya menjdai dingin dan keselamatan baginya.

Setelah peristiwa itu terjadi, Nabi Ibrahim memutuskan untuk berhijrah meninggalkan Raja Namrud dan kaumnya. Ketika perjalanan hijrah yang ia tempuh sudah selesai, Nabi Ibrahim menikah dengan Sitti Hajar dan dikarunia putra yaitu Ismail  yang kelak juga diangkat menjadi nabi.

Perjalanan bersama keluarga  terus berkelanjutan, begitupun dengan Ismail yang kecil.  Semakin lama bersama sang ayah, umurnya semakin hari semakin bertambah. Saat nabi Ibrahim begitu sayang kepadanya, ternyata dalam tidurnya ia bermimpi menyembelih dan mengorbankan putra tersayanganya, Ismail.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini Selasa, 6 Juli 2021 Terbaru : Cancer Jangan Tergoda Diskon, Leo Belajarlah Hargai Pend

Saat itu, Ismail sudah bisa membantu ayahnya dalam setiap pekerjaannya. Ia sudah tumbuh menjadi anak yang bisa bertanggung jawab.

Menurut penjelasan Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsir Al-Munir, ketika  Nabi Ibrahim mendapatkan mimpi tersebut, Ismail sedang berumur 7 tahun, ada juga yang mengatakan berumur 13 tahun.

Nabi Ibrahim sangat bingung menyikapi mimpinya. Ia tidak lantas membenarkan namun tidak pula mengingkari. Nabi Ibrahim merenunginya beberapa kali dan berdoa kepada Allah Swt. setelah malam yang membingungkan selesai, ternyata malam kedua datang kembali mimpi yang sama, begitupun dengan malam ketiga.

Setelah mimpi yang ketiga barulah Nabi Ibrahim membenarkan, bahwa mimpi itu benar-benar nyata dan wajib dilaksanakan.

Baca Juga: Modal Pengalaman, Timnas Inggris Optimistis Mampu Juara Euro 2020, Ini Strateginya

Setelah itu, nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya pada anak semata wayangnya. Dalam Al-Qur’an Allah Swt. mengisahkan:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (Surat As-Saffat ayat 102).

Sebagai sosok yang sangat taat kepada perintah Allah Swt. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Keduanya langsung melaksanakan perintah tersebut.

Nabi Ibrahim menciumnya dengan penuh kasih sayang dan linangan air mata, lalu mengambil pisau untuk menyembelihnya. Setelah pisau itu sudah ada di tangannya, Nabi Ibrahim meletakkan pisau yang sangat tajam itu ke leher Nabi Ismail. Namun keajaiban datang dari Allah Swt. pisau itu ternyata sama sekali tidak melukai Nabi Ismail. Beberapa kali Nabi Ibrahim mengulangnya, namun tetap tidak ada bekas sama sekali.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini Senin, 5 Juli 2021 Terbaru: Sagitarius Mujur, Leo Segera Periksakan Kesehatan

Saat itulah datanglah wahyu dari Allah Swt.

  وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ ١٠٤ قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٠٥ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ١٠٦  وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٖ ١٠٧ وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِي ٱلۡأٓخِرِينَ ١٠٨

Artinya: Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.” (Surat As-Saffat ayat 104-108).

Setelah turunnya ayat di atas, sangat tampak kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Oleh karena itu, Allah Swt. tidak menghendaki penyembelihan itu terjadu, bahkan melarangnya dan menggantinya dengan seekor kambing.

Melalui penyembelihan hewan qurban itulah sampai sekarang terus dilaksanakan ketika perayaan Idul Adha atau  Hari Raya Qurban.***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Denpasar Update


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah