Harga Kedelai Impor Merangkak Naik, Produsen Tempe di Klungkungn Bali Pilih Kecilkan Ukuran, Ini Alasannya

- 27 Februari 2022, 15:44 WIB
Salah seorang produsen tempe tahu di Klungkung memilih tetap berproduksi meski harga kedelai impor naik.
Salah seorang produsen tempe tahu di Klungkung memilih tetap berproduksi meski harga kedelai impor naik. /Kartika Mahayadnya/Denpasar Update

DENPASARUPDATE.COM – Selain harga minyak goreng yang mahal dan langka, harga kedelai impor juga ikut merangkak naik. Kondisi itu dirasa sangat memberatkan bagi para produsen tahu dan tempe di Kabupaten Klungkung Bali yang sejak pandemi Covid-19 mengalami penurunan permintaan.

Meski begitu, mereka memilih untuk tidak ikut mogok berproduksi sebagai bentuk protes seperti produsen tahu dan tempe di daerah lain.

Salah seorang pengusaha tahu dan tempe di Desa Kampung Gelgel, Kecamatan Klungkung, Imam Budiarso, mengungkapkan, harga kedelai impor terus mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir ini. Harga kedelai impor yang awalnya berkisar Rp 6.500 per kg, terus mengalami peningkatan hingga menjadi Rp 11 ribu per kg saat ini.

Baca Juga: 6 Zodiak, Waktunya Rawat Diri dan Nikmati Kebahagiaan, Ramalan Zodiak Hari Ini 27 Februari 2022

 

“Awalnya Rp 6.500 ribu per kg, menjadi Rp 7.500, kemudian menjadi Rp 8.500 per kg, lalu Rp 9.500 per kg, selanjutnya menjadi Rp 10.400, dan sekarang menjadi Rp 11 ribu per kg. Itu harga kedelai impor di Klungkung, kalau di daerah lain, saya tidak tahu,” sebut Imam, kepada awak media kemarin, 26 Februari 2022.

Prodiusen tempe di kota Singaraja Bali
Prodiusen tempe di kota Singaraja Bali

Ia mengaku tidak bisa berbuat apa dengan kenaikan harga kedelai impor tersebut. Sebab sejak pandemi Covid-19, dia tidak lagi bisa mendapatkan kedelai Dawan yang sebelumnya dia gunakan. Itu lantaran petani lebih memilih menanam jagung yang prosesnya lebih mudah dengan hasil yang lebih menggiurkan.

“Kalau dulu sebelum ada korona, kedelai lokal itu ada dari Dawan. Sekarang tidak ada, khususnya di Bali ini kedelai tidak ada beralih ke jagung manis karena prosesnya itu lebih cepat lebih bagus,” katanya.

Baca Juga: Kudeta Arema Malang, Abduh Siap Antarkan Bali United Juara Liga 1, Kontra Persela Lamongan Wajib Menang!

 

Untuk menyiasati kenaikan harga kedelai, Imam memilih memperkecil ukuran tahu dan tempe yang diproduksinya. Sebab tidak memungkinkan baginya menaikan harga tahu dan tempe di tengah menurunnya daya beli masyarakat.

“Ukuran tahu yang biasanya untuk 100 potong, sekarang kami jadikan untuk 110 -120 potong. Kalau harga dinaikkan, jamannya kayak ini pasar juga sepi. Dulu saya bisa produksi 100 kg lebih kedelai per hari, sekarang 70 kg per hari,” ungkapnya.

Terkait adanya produsen tahu dan tempe yang mogok produksi selama tiga hari mulai kemarin sebagai bentuk protes terhadap kenaikan harga kedelai, Imam memilih untuk tetap berproduksi.

Baca Juga: RAMALAN SHIO TERBARU 27 FEBRUARI 2022! Shio Ini Harus Belajar Kendalikan Diri dan Keuangan

 

Mengingat biaya hidup sehari-harinya dan sejumlah karyawan lainnya hanya dari produksi tahu dan tempe itu.

“Kalau dulu karyawan bekerja full selama sehari. Kalau sekarang mereka hanya kerja setengah hari. Kan kasihan mereka kalau lagi ada mogok produksi,”  tuturnya.

Karena itu pihaknya memilih melakukan efisiensi ukuran tempe tahu dan terus berproduksi tanpa harus menaikkan harga. ***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Denpasar Update


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah