Oleh : Suwardi Rasyid
Pendaki itu langkahnya pendek…tapi terukur
Bahunya sedikit bungkuk ditekan beban
Beratnya bisa jadi dua kali berat badan
Lajunya lamban meski ditanah datar, Ia paham diri selengkapan takaran
Tujuan pendaki itu pasti…tapi prosesnya harus ikut prosedur
Biar bisa pulang penuh syukur
Pada nafas yang tersengal, sapa ramah tak berubah
Walau kau bukan siapa, jalan setapak jadi pertalian
Keramahan tak semu, sembari berbagi air dan sedikit makanan
Jadikan cerita hangat pada kumpulan…keseruan pun bertambah
Letih itu pasti, tapi gembira berwujud jadi kewajiban
Beban dipundak sudah cukup membuat keringat tercucur
Bukalah beban lainnya dengan jujur
Bebaskan ia pada tiap jurang persinggahan…
atau jadikan penghangat canda disempitnya tenda, dan disela ranting terbakar
Pendaki hanya mengandalkan diri menuju tujuan
Tiada iri tersalip teman
Tiada dengki tak sampai ketinggian
Yang meski jadi catatan…
Bahwa pendaki taat pada prosedur rencana
Bahwa pendaki selalu menakar kemampuan
Bahwa pendaki pada tiap jejaknya mengasah kemanfaatan
Ingatlah pula walau sekedar dalam ingatan…
Bahwa pendaki itu sensitif, dan tunduk pada talian
Getaran jiwa pendaki itu terikat debu setapak jalanan
Bahwa makanan dan seteguk air yang terbagikan takkan pernah terlupakan
…bahkan hingga nafas terlepaskan, dan raga tiada tersuakan
Pertemuan dipersimpangan, dan bau keringat diperapian itu…
Pendaki akan susun semua menjadi barisan bait harapan
Doa sempurna tuk bersua kembali pada pendakian paripurna
Menuju puncak keabadian pengabdian
Karena pada setiap pendakian…
Pendaki berprinsip…tuk kembali pulang penuh keselamatan
Lalu berkumpul aman dirumah sederhana…bersama
orang-orang tercinta
Pertemuan aman nan tenang dalam kerinduan …
dan penuh kenikmatan.
(Pojok Pulaki: Jumat Ketiga Bulan November 2020)