Mantan KPU RI Putu Arta Kirim Pesan Menyengat ke Dr. Desak

- 17 April 2021, 09:11 WIB
Gusti Putu Arta
Gusti Putu Arta /Facebook

"Inilah penjelasan saya yang bukan siapa-siapa ini atas narasi ibu," jelasnya.

Pertama, India, Bali, Cina dan Korea ibu katakan setan terbesar di dunia. Pernyataan ibu ini sangat menyakitkan, sesat dan menganggu kerukunan umat beragama.

Ibu secara langsung telah durhaka kepada ayah ibu dan keluarga besar ibu di Bali dengan mengasosiakan mereka sebagai bagian dari setan terbesar itu.

Kedua, Agama Hindu itu diakal-akalin. Pernyataan ibu ini sangat menghina, menyakitkan dan sesat karena faktanya agama Hindu sumber ajarannya adalah Weda Cruti dan semua kitab turunannya spt Smrti, Itihasa, Purana, Upanisad dll. Penerima wahyu jelas Bhagawan Wyasa. Bukan akal-akalan.

Ketiga, Ibu menyatakan bahwa saat pulang ke Bali ibu disuguhkan sajen yang mengundang setan. Jawaban saya ke ibu (karena ibu tak tahu ) adalah ini justru ritual yang ditujukan agar ibu bersih, sehat dan nyaman ke rumah. Jauh dari aura dan energi negatif. Secara filosofis, ritual ini termasuk juga ritual untuk pepohonan (yang ibu sebut beringin) adalah implementasi Panca Yadnya yaitu Buta Yadnya. Maknanya, bukan menyembah pohon, hewan atau lainnya, tetapi menyampaikan syukur kepada Tuhan atas anugerah hewan dan tumbuhan yang memudahkan kehidupan, termasuk berterima kasih (bukan menyembah) kepada hewan dan tumbuhan yang memudahkan kehidupan manusua sebagai implementasi Tri Hita Karana.
Jika ibu merasa aneh melihat berbagai bentuk sajen segehan (bawang, jahe, garam, dan aneka warna nasi), itu bagian dari implementasi kearifan lokal orang Bali beragama Hindu dalam menjabarkan konsep Buta Yadnya. Semua unsur dalam sajen segehan itu memiliki makna yang dalam.

Keempat, bahwa konsep kehidupan setelah mati antara Islam dan Hindu berbeda, sebuah kenyataan yang harus diterima tanpa perlu dibenturkan. Malah kami bersyukur ada konsep Ngaben karena dengan Ngaben pemerintah tak perlu bingung selalu cari tanah kuburan. Filosofi kenapa jenazah dibakar untuk ibu pahami adalah, mengembalikan dengan cepat zat Panca Maha Buta (unsur pembentuk jasad) kembali ke alamnya, sehingga sang roh lebih cepat lepas dari ikatan duniawi.

Kelima, jika ibu tak percaya dengan keyakinan kami di Hindu tentang konsep reinkarnasi tak masalah tapi tak perlu menghina sejauh itu. Kasihan ibu pakai baju gamis tapi semburan mulut ibu seperti setan kesurupan. Silakan ibu tanya Goggle soal fakta2 reinkarnasi di berbagai belahan dunia.

Keenam, Ibu menyebut banyak Tuhan karena ibu tak memahami Hindu. Ekam Sat Wiprah Vahuda Wadanti : Tuhan itu hanya satu orang bijak menyebut banyak nama. Ibu menyebut Brahma, Wisnu, Ciwa sebagai Tuhan yang berbeda satu dengan yang lain. Ibu salah. Ketiganya konsep Tri Murti, nama Tuhan dalam manifestasi berbeda sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur.

Baca Juga: Tetap Primadona, Objek Wisata Tanah Lot Tabanan Ramai Dikunjungi Saat Manis Galungan dan Akhir Pekan

"Saya bolak bali Jakarta Bali. Jika berkenan saya mengundang ibu berdiskusi dengan saya. Bukan untuk menjadikan ibu kembali Hindu. Tetapi untuk memberi pemahaman yang lebih mengenai agama Hindu. Saya memaafkan ibu sebagai orang Hindu. Tetapi sebagai orang yang taat hukum saya dan kawan-kawan yang cinta damai akan tetap memproses hukum kasus ini. Salam hormat untuk ibu dan keluarga. Semoga ke depan ibu santun dan bijak menjaga keragaman Indonesia yang indah ini," tandasnya.***

Halaman:

Editor: M Hari Balo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah