Hanya saja, kedatangan Ratu Pantai Selatan itu tidak dihiraukan oleh Pangeran Diponegoro yang masih saja tetap asyik dengan semedinya.
“Kalih ingkang ngiring ika, samya estri dene kang warna sami, pan wus tan kena cinatur, mapan katiga pisan, undha-usuk lawan kang deniring iku, jeng sultan dangu tan nyapa, kamitenggengen ningali,” tulis Babad Diponegoro Manado.
“Ada dua pengiringnya, semua perempuan sama rupa yang mustahil dilukiskan. Tapi, diantara tiga sosok itu, satu agak lain dari dua pengiringnya. Lama Sultan tak menyapanya terperangah menatap dia,” demikian terjemahannya.
Dalam pertemuan tersebut, Nyi Roro Kidul sempat berjanji untuk datang kembali menemui sang pangeran dua puluh tahun kemudian.
Sekitar Juli 1826, di saat pecah Perang Jawa melawan Belanda, Pangeran Diponegoro datang kembali menawarkan bantuan untuk melawan penjajah dari tanah Jawa.
Baca Juga: NGERI! Tidur di Pemakaman, Tarno Sang Penggali Kubur Ini Pernah Dikeloni Hantu, Ini Kisahnya
Bantuan tersebut merupakan prajurit gaib dari Pantai Selatan. Hanya saja, bantuan pasukan prajurit gaib itu sendiri tidak gratis
Nyi Roro Kidul mensyaratkan Pangeran Diponegoro untuk meminta kepada Allah, agar dikembalikan menjadi manusia.
Baca Juga: Bali Dalam Sejarah, 1 November 1966 Hotel Bali Beach Diresmikan Sri Sultan Hamengkubuwono-IX