KEREN! Hanya Bermodal Pakai Celana Pendek dan Kaos Oblong, Sosok Ini Berani Lerai Bentrok Kopassus vs Marinir

- 29 Desember 2021, 20:17 WIB
 KEREN! Hanya Bermodal Pakai Celana Pendek dan Kaos Oblong, Sosok Ini Berani Lerai Bentrok Kopassus vs Marinir
KEREN! Hanya Bermodal Pakai Celana Pendek dan Kaos Oblong, Sosok Ini Berani Lerai Bentrok Kopassus vs Marinir /

DENPASARUPDATE.COM – Adu jotos antar oknum tentara beberapa kali terjadi di Indonesia.

Terbaru, bahkan sempat viral video insiden baku hantam yang dilakukan oknum Anggota Korps Marinir TNI AL dengan oknum Anggota Raider TNI AD di Jembatan Barelang, Batam, Kepulauan Riau, pada Sabtu 27 November 2021 lalu.

Saat itu, Kepala Dinas Penerangan (Kadispenal) TNI AL Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono menyebut bahwa insiden tersebut terjadi akibat adanya kesalahpahaman.

Baca Juga: Profil dan Biodata Chanathip Songkrasin Pemain Thailand yang Bikin Lini Belakang Timnas Indonesia Ketar-ketir

Belakangan diketahui, oknum anggota TNI yang terlibat perkelahian itu berasal dari Yonif Raider khusus 136/Tuah Sakti dan Batalyon Infanteri 10/Marinir Batam.

Namun, ia menyebut tidak ada korban jiwa dalam perkelahian itu.

Baca Juga: Sejarah KOKAM: Pasukan Anti Komunis, Penjaga Muhammadiyah

Ia juga menambahkan, para anggota Marinir TNI AL dan TNI AD yang terlibat baku hantam itu sudah berdamai.

"Sudah didamaikan kedua pihak dan aman terkendali," kata Julius saat itu.

 Baca Juga: Bikin Bulu Kuduk Merinding, Kisah 'Hantu Laut' Marinir Bertemu Hantu Beneran di Medan Tempur Dwikora

Namun, kejadian serupa ternyata pernah terjadi di masa silam, tepatnya pada masa Presiden Soekarno alias Bung Karno berkuasa di tahun 1964.

Saat itu, suasana di kota Jakarta mendadak menjadi mencekam. Pasalnya, puluhan anggota Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD yang kini menjadi Kopassus) baku hantam di kawasan Lapangan Banteng (kini kawasan Monas) dengan anggota Korps Komando Operasi (KKO yang kini disebut Korps Marinir) Angkatan Laut.

Tidak menggunakan tangan kosong, mereka bahkan bertarung layaknya sedang benar-benar bertempur di medan laga.

Kawasan Kwini hingga Senen, Jakarta Pusat tak ubahnya seperti medan pertempuran.

Mereka bertempur menggunakan berbagai senjata andalan mereka seperti senapan serbu AK-47. Bahkan, dari mereka siap menyandang bazooka untuk menembak.

Baca Juga: Takut Penampakan Lenin, Bapak Brimob Komjen Pol M Jasin Tak Bisa Tidur di Moskow, Begini Kisahnya

Saat itu, Mayor Benny Moerdani yang menjabat sebagai Komandan Batalyon I RPKAD baru saja kembali dari bermain tenis di Senayan.

Sesampainya di dekat Markas RPKAD di Cijantung, ia merasa heran dengan banyaknya konvoi truk yang penuh sesak prajurit RPKAD dengan tidak menggunakan seragam. Benny melihat mereka berasal dari Batalyon II RPKAD.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo TOLAK Bintang Mahaputera dari Jokowi, Pertama Kali dalam Sejarah Indonesia

Dikutip dari buku 'Benny: Tragedi Seorang Loyalis' yang ditulis Julius Pour, dan diterbitkan oleh KATAKITA (2007), Benny Moerdani awalnya kurang begitu memperhatikan hal tersebut.

Ia meneruskan perjalanannya masuk ke asrama ksatrian, saat akan masuk, seorang petugas jaga piket berteriak panik kepadanya.

"Pak, anak-anak keluar semua. Anak-anak Batalyon II keluar semua," teriaknya.

 Baca Juga: Lahir 31 Januari 1926, Begini Sejarah Singkat Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU)

Sontak ia tersadar ada hal yang tidak beres, Benny Moerdani langsung balik kanan untuk mengejar truk tersebut.

Sepanjang jalan, ia melihat masyarakat terlihat panik, di wilayah Jatinegara dan Kramat, suasana mencekam.

Sesampainya di Kramat Raya, truk prajurit RPKAD langsung stelling mengambil posisi tempur dengan berlari menuju Simpang Lima Senen.

Seorang warga menceritakan kepada Benny Moerdani apa yang terjadi.

"Kacau, Pak. RPKAD gontok-gontokan dengan KKO," ujar seorang warga yang berkerumun dengan panik.Benny mendapat informasi banyak korban jatuh.

Baca Juga: Kado Akhir Tahun, Bayi Kuda Nil, Zebra, dan Hyena Lahir di Bali Safari Park, Ini Foto-fotonya!

Mendengar hal tersebut, ia langsung bergegas menuju Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).

Di sana, ia kaget dengan banyaknya korban yang jatuh di kedua belah pihak, termasuk beberapa warga sipil juga tewas.

“Saya tengok ke ruang perawatan. Kira-kira ada tiga RPKAD dan 10 KKO ngglethak. Terbaring berlumuran darah dikerumuni para petugas kesehatan," ujar dia.

Baca Juga: Obat Alami Ramuan Tradisional Atasi Susah Tidur atau Insomnia Menurut dr. Zaidul Akbar

Lalu, ia mencari dan mendapatkan informasi bahwa penyebab baku hantam berdarah itu akibat persoalan sepele.

Awalnya, di pagi hari prajurit KKO yang tergabung dalam pasukan pengamanan Presiden Soekarno, Korps Tjakrabirawa melakukan latihan baris-berbars di Lapangan Banteng.

Usai mereka latihan, seorang prajurit RPKAD sedang belajar menyetir mobil.

Entah siapa yang memicu, tiba-tiba dua satuan elite ini saling ejek yang berkembang jadi perkelahian.

Karena dekat dengan markas KKO, pasukan RPKAD kalah jumlah dan mereka langsung mengontak kawan-kawan mereka di Markas RPKAD Cijantung.

Baca Juga: Ketum PSSI Ingin Masuk Loker Pemain di Final AFF 2020, Netizen: Duh Semoga Kejadian AFF 2010 Ga Terulang!

Mendengar informasi tersebut, Benny langsung berangkat ke asrama ksatrian KKO di Kwini, Jakarta Pusat.

Ia sadar bahwa persoalan ini menjadi serius dan harus segera diselesaikan.

Saat itu, hanya mengenakan kaos dan celana pendek, ia tidak membawa senjata apapun dan berseragam.

Baca Juga: Hasil Semifinal Liga 2: Taklukan Dewa United 2-1, Persis Solo Akhirnya Lolos ke Liga 1 Usai 15 Tahun Menunggu

Sesampainya di pos jaga, Benny Moerdani melihat sejumlah puluhan prajurit yang berasal dari KKO juga sedang posisi tempur dengan senjata terkokang.

Seorang anggota KKO, menyadari bahwa sosok yang datang ke asrama tersebut adalah Benny Moerdani.

Anggota tersebut ternyata anak buah Benny saat operasi militer di Irian Barat dulu.

Benny yang sadar akan mantan anak buahnya di Irian Barat itu meminta prajurit itu memanggil komandannya.

Tak lama munculah Mayor KKO Saminu, Komandan Batalyon II Resimen Tjakrabirawa. Kebetulan Saminu adalah teman akrab Benny sejak dulu di Solo

"Piye iki Ben, kok malah dadi ngene kabeh,” keluh dia.

Mendengar hal itu, Benny Moerdani meminta anak buah Saminu tetap di asrama dan tidak keluar.

Kepada Saminu, ia berjanji akan menertibkan pasukan RPKAD. Saminu menyetujui usul ini. Dia memerintahkan anak buahnya tetap di asrama.

"Sudahlah. Jaga pasukanmu, jangan keluar asrama. Saya akan tertibkan anak-anak yang di sana. Kalau kamu diserang silakan saja, mau nembak atau apa. Terserah. Tapi saya minta jangan ada anggotamu yang keluar asrama," ujar Benny.

Baca Juga: MENGEJUTKAN! Jokowi Pilih Mantu Hendropriyono Jenderal Andika Perkasa Jadi Calon Tunggal Panglima TNI

Namun, keberangkatan Benny Moerdani ke maskas KKO justru membuat beredarnya kabar Benny ditangkap KKO.

Mereka langsung bergerak cepat dengan menduduki asrama perawat putri RSPAD.

Dari atas asrama perawat, mereka sudah siap menembakkan bazooka ke arah markas KKO.

Suasana tegang. Satuan elit baret merah itu sudah siap menembak. Anehnya tidak ada KKO yang keluar.

Tiba-tiba malah Benny yang muncul. Benny berteriak pada prajurit-prajurit itu.

"Sudah, sudah. Pulang kalian semua," teriak Benny. RPKAD ini kebingungan. Loh kok ada Pak Benny? Pikir mereka. Walau bingung, mereka menurut.

Baca Juga: 75 Tahun TNI, Ini Daftar Panglima TNI dari Pertama Hingga Hari ini

Anggota yang kebingungan segera didorong Benny masuk ke dalam truk. Benny memerintahkan mereka segera kembali ke Cijantung.

Warga yang berkerumun bingung, siapa pria bercelana pendek yang berani menghentikan bentrok berdarah ini. Bahkan berani teriak-teriak menyuruh semua anggota RPKAD naik truk.

Belakangan Benny dan Saminu serta komandan satuan lainnya dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kabar soal keberanian Benny, sampai pula ke telinga Soekarno.

Dia meminta Benny bergabung menjadi Komandan Tjakrabirawa, alias Paspampres. Benny yang masih ingin berkarir di pasukan, menolaknya.

Akhirnya malah Mayor Untung yang menjadi Tjakrabirawa. Kelak Untung pula yang menjadi komandan Gerakan 30 September.***

Editor: Rudolf Arnaud Soemolang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah