Tak Seru dan Berjalan Hambar, Dua Paslon Tak Bergairah Jalani Debat Perdana Pilkada Kota Denpasar

10 Oktober 2020, 23:11 WIB
KPU Kota Denpasar menggelar debat perdana Pilkada 2020, Sabtu 10 Oktober 2020 malam /Rudolf Arnaud Soemolang

DENPASARUPDATE.COM – KPU Kota Denpasar menggelar debat perdana Pilkada 2020, Sabtu 10 Oktober 2020 malam.

Namun sayangnya, debat yang diperkirakan bakal berjalan secara seru, ternyata berlangsung secara kurang bergairah.

Kedua paslon yang bertarung yakni pasangan nomor urut 1, I Gusti Ngurah Jayanegara-Kadek Agus Arya Wibawa (Jaya-Wibawa) dan Gede Ngurah Ambara Putra-Made Bagus Kertanegara (Amerta) tampak kurang semangat dalam mengikuti debat.

Baca Juga: Hujan Seharian Sejak Malam, Tembok Rutan Bangli Ambruk, Pihak Rutan Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Debat itu sendiri dilaksanakan KPU di hotel mewah Inna Grand Bali Beach, Sanur dan digelar tanpa pendukung kedua paslon yang bertarung akibat penerapan protokol kesehatan yang ketat mencegah pandemi Covid-19.

Saat debat, Calon Walikota nomor urut 2, Gede Ngurah Ambara Putra sempat menanyakan kepada pasangan Jaya-Wibawa mengenai visi-misi mereka yang menurutnya tidak satupun berisi kelanjutan visi-misi Walikota Denpasar saat ini, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra.

Apalagi, saat ini Jayanegara masih menjabat sebagai Wakil Walikota Denpasar mendampingi Rai Mantra.

Terkait pertanyaan tersebut, Jayanegara yang juga sering disapa Gung Jaya itu menjawab secara diplomatis serangan Amerta.

Baca Juga: Viral Video Lapor Istri Sah Para Wanita Mengaku Simpanan DPR RI, MKD: Silahkan Lapor, Jangan Fitnah!

Ia mengaku bahwa pihaknya lebih memilih untuk menyeleraskan visi-misinya dengan visi-misi Gubernur Bali, Wayan Koster yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan Presiden Jokowi yakni Indonesia Maju.

Pasalnya, dengan visi-misi yang satu jalur dengan Gubernur dan Presiden, Jaya-Wibawa menegaskan ingin menciptakan Kota Denpasar maju dibandingkan masa Rai Mantra.

"Selaras dengan Nangun Sat Kerti Loka Bali dan menuju Indonesia Maju bukannya tidak relevan visi pertama,” katanya dalam debat.

Kemudian, Jayanegara mencontohkan terkait dengan indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks birokrasi Kota Denpasar yang sudah tinggi. 

Baca Juga: Hujan Sejak Dini Hari, Jalan di Sebelah Villa Bamsoet Rusak, Bupati Klungkung Langsung Turun Tangan

“Dan lima ada indikator mengukurnya sangat jelas  indeks pembangunan manusia disana ada pendidikan kesehatan, income perkapita indeks PM saat Rai Mantra  8,364 itu ranking lima tertinggi dari 564 yang ada di Indonesia.  Kalau bergerak maju apapun kita mampu memiliki motivasi 83 bisa menjadi 84 bergerak maju. Bukan tidak nyambung indek birokrasi 36,64 nilai tertinggi kedepannya bisa bekerja 3,7," jelasnya.

Jayanegara kemudian balik menyerang Amerta, menurutnya banyak program-program Amerta yang menurut Jaya-Wibawa bertentangan dengan peraturan Mendagri UU Nomor 13 Tahun 2-18 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

“Tidak bisa diberikan secara berturut turut dalam satu tahun kalau setiap tahun sedangkan aturan tidak memungkinkan untuk itu,” serang Jayanegara.

Baca Juga: MotoGP Prancis, Lintasan Basah, Jack Miller Kuasai Sesi Latihan Kedua, Quartararo Melempem

Mendapat serangan seperti itu, Ngurah Ambara menjawab dengan santai.

Ia menjawab dengan memberikan contoh bahwa kebutuhan setiap banjar  seperti ogoh-ogoh setiap menelan biaya Rp15 juta  sampai  Rp20 juta.

Ia menginginkan tidak mau membebankan kepada orang tua mereka yang bisa saja kurang mampu.

Baca Juga: Sudah Tahu Ariel Noah Playboy, Aktris Lania Fira Ogah Menjauh

“Saya Juga tahu setiap tahun desa adat Rp 300 juta belum pura dadia bali pertumbuhan dari pariwisata tentu berikan sentuhan karena tentu contoh desa adat selalu dapat begitu juga insentif pengurus banjar, kami harapkan pengurus banjar semangat bisa seperti Singapura ada keberpihakan terhadap warga lokal  tentu dengan," jelasnya. 

Tidak hanya itu, dalam debat itu juri sempat menanyakan komitmen kedua paslon dalam  menyoroti perhatian terhadap usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menurutnya tidak solutif.

Jaya-Wibawa menyebut bahwa pihaknya menegaskan komitmen dengan program menguatkan dari di pasar Kumbasari berbasis seni dan budaya.

Sedangkan Amerta sendiri menegaskan komitmennya dengan melancarkan bantuan stimulus dan menerapkan secara digitalisasi.

Kendati demikian, mereka sama-sama komitmen dalam penanganan Covid-19 seperti pengadaan alat periksa Swab PCR untuk memudahkan pemeriksaan lebih efektif dan efisien.***

Editor: Rudolf Arnaud Soemolang

Tags

Terkini

Terpopuler