Mayor I Gusti Putu Wisnu, Sang Pahlawan Asal Bali yang Terlupakan

- 15 November 2020, 12:42 WIB
Mayor I Gusti Putu Wisnu
Mayor I Gusti Putu Wisnu /Dok. Keluarga Mayor I Gusti Putu Wisnu

Pada masa pendudukan Jepang, pemerintah pendudukan Jepang membuat sebuah pendidikan militer untuk para pribumi yang dinamakan PETA (Pembela Tanah Air-pen).

Pemuda Wisnu pun bergabung dan mengikuti pendidikan militer di Ringshitai Singaraja, bersama Kemal Idris (kelak Pangdam Siliwangi), Pak Rai, dan Pak Pindha (I Gusti Ngurah Pindha, kelak Wakil Gubernur Bali).

Pemuda Wisnu yang sudah dikenal dengan panggilan “Pak”, lulus dengan pangkat Chudanco (setara Kapten).

Baca Juga: Masa Berlaku SIM Anda Habis? Ini Cara Mudah dan Biaya Perpanjangan SIM Online 2020-2021

Pasca Proklamasi Kemerdekaan, Pak Wisnu bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat-pen), dan diangkat sebagai Komandan Batalyon I TKR Sunda Kecil. Kemudian bersama Pak Rai, Beliau ke Yogyakarta untuk menerima petunjuk-petunuk dari Mabes TKR dan meminta bantuan dalam rangka menghadapi Belanda di Bali.

Waktu Beliau kembali ke Bali, ternyata pasukan Belanda sudah mendarat di Bali pada bulan Februari 1946. Ketika itu, pasukan TKR Sunda Kecil tercerai berai dan terpencar.

Pak Wisnu bersama Pak Rai dan pemimpin pejuang lainnnya segara berusaha untuk mempersatukan pasukannya kembali.

Baca Juga: Ini Dia Lirik Lagu Tunjukkan dari Afgan dan Raisa Spesial Buat Kamu!

Selanjutnya, Pak Wisnu diangkat sebagai Kepala Staf TKR (Resimen) Sunda Kecil. Beliau senantiasa setia mendampingi komandannya (Pak Rai-pen) melakukan perang gerilya, menggempur kedudukan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) di hutan-hutan, desa, maupun kota di seluruh Bali.

Setelah pertempuran di Tanah Aron-Karangasem, pasukan TKR (Resimen) Sunda Kecil sempat terpecah-pecah lagi dan diperintahkan kembali ke daerah masing-masing, karena kehabisan amunisi.

Halaman:

Editor: Rudolf Arnaud Soemolang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah