Mau Tahu Bahasa yang Digunakan pada Masa Kerajaan Sriwijaya? Ini Dia Ulasannya

- 22 Oktober 2020, 14:00 WIB
Ilustrasi kegiatan masyarakat pada masa Kerajaan Sriwijaya
Ilustrasi kegiatan masyarakat pada masa Kerajaan Sriwijaya /Google.com

DENPASARUPDATE.COM - Bahasa yang digunakan pada masa kerajaan Sriwijaya adalah bahasa Melayu Kuno dan bahasa Sanskerta.

Tetapi, bahasa yang digunakan sebagai bahasa resmi dan bahasa lingua franca pada masa kerajaan Sriwijaya adalah bahasa Melayu Kuno.

Bahasa Melayu Kuno sendiri merupakan anggota rumpun bahasa Austronesia dan dianggap sebagai salah satu bentuk awal (proto) bagi bahasa Melayu.

Baca Juga: Anda Belum Dapat BLT UMKM? Tenang Pemerintah Perpanjang Programnya, Ini Cara Daftarnya, Pasti Cair!

Bahasa Melayu Kuno berdasarkan catatan-catatan tertulis pernah dipakai pada sekitar abad ke-7 hingga abad ke-13, yaitu pada zaman kerajaan Sriwijaya.

Keberadaan bahasa ini diketahui dari prasasti dan keping logam (ada yang berupa emas dan ada pula tembaga) yang ditemukan di seputaran Nusantara bagian barat, seperti di Pulau Sumatera dan sekitarnya, Pulau Jawa, dan Pulau Luzon, Filipina.

Baca Juga: Ingin Tambahan Uang Insentif Kartu Prakerja?, Segera Ikuti Survey Evaluasi Kartu Prakerja

Kosakata bahasa ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, yang menunjukkan bahwa pengaruh budaya India banyak terserap dalam kehidupan sehari-hari masa itu.

Bahasa Sanskerta hingga sekarang menyumbang kepada pengayaan kosakata Bahasa Melayu.

Aksara yang digunakan dalam sumber-sumber Melayu Kuno bermacam-macam, mulai dari aksara Pallawa, aksara Kawi atau aksara Pasca-Pallawa.

Baca Juga: Ramalan Keberuntungan Zodiak Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, Pisces 22 Oktober 2020

Pada zaman kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Buddha.

Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.

Pada zaman kerajaan Sriwijaya, dari abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi, bahasa Melayu Kuno mencapai kegemilangannya sebagai bahasa lingua franca dan bahasa resmi Kemaharajaan Sriwijaya.

Baca Juga: Ramalan Keberuntungan Zodiak Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo Hari Kamis 22 Oktober 2020


Menurut Kong Yuan Zhi, pada November 671 Yi Jing (635—713), yang di Indonesia lebih dikenal sebagai I-tsing, berlayar dari Guangzhou (Kanton) menuju India dalam kapasitasnya sebagai pendeta agama Buddha.

Kurang dari dua puluh hari ia sampai di Sriwijaya, yang waktu itu sudah menjadi pusat pengkajian ilmu agama Buddha di Asia Tenggara.

Di Sriwijayalah selama lebih kurang setengah tahun Yi Jing belajar sabdawidya (tata bahasa Sanskerta) sebagai persiapan melanjutkan perjalanannya ke India.

Baca Juga: Kasus Penembakan Pendeta di Intan Jaya, Mahfud MD Ungkap Dugaan Keterlibatan Aparat

Setelah tiga belas tahun belajar di India (Tamralipiti/Tamluk), ia kembali ke Sriwijaya dan menetap di sana selama empat tahun (686—689) untuk menyalin kitab-kitab suci agama Buddha.

Setelah itu ia kembali ke negerinya, tetapi pada tahun yang sama ia datang kembali ke Sriwijaya dan menetap di sana sampai 695.

Dari catatan Yi Jing itulah diketahui bahasa yang disebutnya sebagai bahasa Kunlun, yang dipakai secara luas sebagai bahasa resmi kerajaan, bahasa agama, bahasa ilmu dan pengetahun, bahasa perdagangan, dan bahasa dalam komunikasi sehari-hari masyarakat.

Baca Juga: Jadi Partai Penolak UU Ciptaker, Depan Kantor Demokrat Bali Malah Ditempel Selebaran Ini

Yi Jing menyebutkan bahwa bahasa Kunlun telah dipelajari dan dikuasai oleh para pendeta agama Buddha Dinasti Tang.

Mereka menggunakan bahasa Kunlun untuk menyebarkan agama Buddha di Asia Tenggara.

Dengan demikian, bahasa Kunlun menjadi bahasa kedua para pendeta itu.

Ringkasnya, bahasa Kunlun merupakan bahasa resmi Kemaharajaan Sriwijaya dengan seluruh daerah taklukannya yang meliputi Asia Tenggara.

Baca Juga: Jelang Demo Besar Tolak UU Ciptaker, Beredar Broadcast WA Agar Orang Tua Larang Anaknya Ikut Aksi

Pada masa itu bahasa Kunlun telah menjadi bahasa internasional. Ternyata, bahasa Kunlun yang disebut Yi Jing dalam catatannya itu ialah bahasa Melayu Kuno.

Prasasti-prasasti pada masa kerajaan Sriwijaya banyak yang mempergunakan bahasa Melayu Kuno diiringi dengan penulisannya mempergunakan aksara Pallawa, di antaranya:

1.Prasasti Kedukan Bukit, Palembang (605 Saka/683M);


2.Prasasti Talang Tuwo, dekat Palembang (606 Saka / 684 M);

Baca Juga: Rizal Ramli: Wakil Presiden Ma’ruf Amin Antara Ada dan Tiada


3.Prasasti Kota Kapur, Pulau Bangka (608 Saka / 686 M);


4.Prasasti Karang Brahi, Kabupaten Merangin, Jambi (614 Saka / 692 M).***

Editor: Rudolf Arnaud Soemolang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x