Sebagai daerah yang menjadi barometer inflasi di Provinsi Bali bersama denpasar, Buleleng tidak hanya menjadi pengguna komoditas namun juga penghasil.
Salah satu upaya yang sedang digencarkan adalah memperluas dan meningkatkan frekuensi pasar murah.
Hal ini dilakukan untuk mempengaruhi psikologi harga. Selain itu, Pemkab Buleleng telah melakukan subsidi distribusi sebagai akibat dampak kenaikan BBM.
"Inflasi tidak akan kita biarkan. Karena tatkala inflasi kita biarkan bebas, maka mempengaruhi daya beli. Kalau daya beli menurun, maka kemiskinan akan meningkat, begitu resonansinya," jelasnya.
Manajemen produksi ditekankan menjadi sangat penting peranannya dalam upaya pengendalian inflasi.
Lihadnyana berargumen bahwa inflasi sangat dipengaruhi oleh psikologi harga. Jika salah satu komoditas tidak terlihat banyak di pasar, tidak bisa menyalahkan pedagang untuk menaikkan harga.
"Demikian, cara memperngaruhi psikologi harga adalah segera membawa hasil panen ke pasar. Itu yang kita lakukan di buleleng," tegasnya.
Ke depan, Lihadnyana mengharapkan baik Pemerintah Daerah dan juga Bank Indonesia mampu menangani inflasi dengan lebih baik.