Mahayastra menekankan pentingnya menjaga lingkungan dalam arti yang luas. Seperti tanaman, saluran air, dan semua satwa yang ada. Karena jika salah satu saja yang hilang dalam siklus rantai makanan maka akan menjadi bencana.
“Satu cara untuk merawat alam dengan menjaga keseimbangannya,” katanya.
Baca Juga: Miris, Tak Boleh Shalat, Muslim Uighur juga Dipaksa Makan Daging Babi di Kamp 'Pendidikan' Tiongkok
Karena itu lanjutnya, jika tidak seimbang, maka hama akan berkembang.
Sebaliknya jika membasmi hama dengan bahan alat yang sifatnya kimia dan modern yang akan semakin merusak alam. “Maka dari itu saya tekankan pentingnya menjaga ekosistem atau lingkungan, jangan ada yang memburu,” tegasnya.
Burung hantu jenis Tito Alba yang dilepas di Subak Taro Kelod berjenis kelamin jantan dan betina. Selain itu, juga dilepas burung hantu di Subak Tegalampit dan dua ekor di Subak Tempekan Delod Sema Payangan.
Baca Juga: Pesta Sabu, Anggota DPRD Ini Diciduk Polisi
Dengan harapan burung dapat memangsa tikus serta berkembang biak untuk menjaga siklus rantai makanan. “Kalau ini bisa dikembangkan saya yakin siklus rantai makanan akan terjaga, tidak sampai tikus menggerogoti pertanian. Walaupun ada, dalam toleransi wajar,” imbuhnya.
Ditambahkan, sebagai kabupaten penghasil beras nomor dua di Bali, Gianyar terus berkomitmen menjaga lahan pertanian yang ada.
Dengan luas lahan pertanian sekitar 9-11 ribu hektar, Gianyar mampu berkontribusi terhadap ketahanan pangan Bali dengan menyumbang 40 ribu ton gabah.