DENPASARUPDATE.COM – Anggota DPR RI sekaligus politikos Partai Gerindra, Fadli Zon kembali meramaikan jagat Twitter setelah meminta Densus 88 untuk dibubarkan.
Pada Selasa, 5 Oktober 2021, Fadli Zon menyampaikan respon melalui akun Twitter resminya terkait dengan klaim yang dilakukan oleh Densus 88 terhadap Taliban.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 Polri, Kombes M Rosidi menyampaikan bahwa Taliban adalah inspirasi kelompok teroris di Indonesia.
Melalui sebuah diskusi yang dilakukan pada Selasa, 5 Oktober 2021, Kombes M Rosidi juga menyebutkan persoalan propaganda yang dilakukan oleh Taliban.
“Euforia kemenangan Taliban ini dapat membawa dampak terhadap keberadaan kelompok teror di Indonesia. Paling tidak, dapat dijadikan sebagai sarana propaganda mereka," ujar Kombes M Rosidi.
Pernyataan tersebut tentu saja bisa memberikan pengaruh yang besar dalam pandangan dan kehidupan masyarakat Indonesia.
Namun sebelum tersebar lebih luas, Fadli Zon menyampaikan kritik terkait pernyataan tersebut dan menyebutnya sebagai contoh dari “Islamofobia”.
Ditambah lagi, narasi yang digunakan dengan mengaitkan persoalan teroris di Indonesia dengan Taliban itu seharusnya tidak dipercaya.
“Narasi semacam ini tak akan dipercaya rakyat lagi, berbau Islamofobia,” tulis Fadli Zon melalui akun Twitternya.
Baca Juga: MENGEJUTKAN! Jenderal Purn Gatot Nurmantyo Sebut TNI Sudah Disusupi Komunis, Begini Kronologinya!
Fadli Zon juga meminta agar masyarakat tidak menjadikan persoalan terorisme menjadi komoditas utama ditambah dengan kondisi dunia yang sudah berubah.
Bahkan Fadli Zon menyarankan secara tidak langsung bahwa sebaiknya Densus 88 dibubarkan saja jika masih seperti ini.
“Dunia sdh berubah, sebaiknya Densus 88 ini dibubarkan saja,” tambah Fadli Zon.
Namun apa sebenarnya itu Islamofobia?
Sebagaimana dikutip oleh DenpasarUpdate.com (Pikiran Rakyat Media Network) dari sebuah jurnal UGM yang berjudul “Islamophobia dan Strategi Mengatasinya” yang ditulis oleh Moordiningsih, islamofobia memiliki keterkaitan dengan "prasangka”.
Prasangka yang dimaksud adalah prasangka yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap “kaum Muslim”.
Prasangka tersebut didasarkan pada situasi publik terutama setelah peristiwa WTC yang terjadi pada tahun 2011 di Amerika Serikat.
Sejak saat itu, “Islam” dianggap sebagai agama “inferior” dan ancaman bagi nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.
Selain itu, Moordiningsih juga menambahkan bahwa Islamofobia juga dipengaruhi oleh adanya “pandangan yang tertutup” tidak hanya terhadap Islam namun juga kelompok Islam.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa posisi Taliban sebagai salah satu “kelompok Islam” yang kuat saat ini adalah sasaran empuk atas berbagai prasangka.
Baca Juga: Pendaki Gunung Agung Asal Jakarta Ditemukan Tersesat di Ketinggian 1.700 Mdpl, Ini Penyebabnya
Jadi, bagaimana menurut Anda?
Apakah prasangka terhadap Taliban tersebut tidak seharusnya dilakukan dan berkesan Islamofobia? ***