Kampus Tiba-Tiba Ditutup, Mahasiswa Jadikan Halte Sebagai Panggung Budaya

- 22 Oktober 2020, 22:04 WIB
Mahasiswa dan buruh menyesaki halaman depan Kampus Universitas Udayana di area dekat halte, mereka tetap menuntut UU Cipta Kerja dibatalkan.
Mahasiswa dan buruh menyesaki halaman depan Kampus Universitas Udayana di area dekat halte, mereka tetap menuntut UU Cipta Kerja dibatalkan. /M. Hari Balo/M. Hari Bali

DENPASARUPDATE.COM – Aksi menolak Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja di Bali belum padam. Meski diwarnai banyak provokasi,  Aliansi Bali Tidak Diam  tetap dilancarkan di depan Kampus Universitas Udayana, jalan PB Sudirman, Denpasar, Kamis 22 Oktober 2020.

Berbeda dengan aksi sebelumnya, massa yang datang tidak sebanyak pada aksi sebelumnya.  Titik aksi berpusat di depan Halte Sudirman dengan orasi oleh perwakilan Mahasiswa dan buruh.

Massa aksi baru keluar dari Student Center Univeristas Udayana pada pukul 15.30. Gawatnya, sejak siang aparat sudah berkeliling dengan sepeda motor Patroli mengelilingi Kampus Unud.

Baca Juga: Cair, Kemensos Klaim Telah Salurkan Rp107,7 Triliun untuk Anggaran Bansos Pemulihan Ekonomi

Sementara itu, sehari sebelum aksi, aktivitas kampus Universitas Udayana ditutup secara mendadak oleh pihak rektorat. Hal ini kemudian disindir oleh salah satu Mahasiswa yang orasi saat aksi. "Sehari sebelum orasi tiba-tiba kampus ditutup," sindir salah satu orator.

Mengenai pengamanan aksi, Karo Ops Polda Bali Kombespol Djoko Prihadi yang turun langsung dilapangan menjelaskan kepada media pihaknya siaga untuk mengamankan jalannya aksi. "Kami disini untuk mengamankan jalannya aksi, sejauh meraka demonstrasi sesuai UU yang berlaku silakan saja," jelas Karo Ops.

Polisi turun dengan kekuatan penuh dengan menurunkan beberapa water canon, truk Polisi, pasukan lengkap. Mengenai pelibatan pecalang dalam pengamanan aksi kali ini, Karo Ops menilai jika hal itu dilakukan untuk pengamanan secara humanis. "Pelibatan pecalang karena memiliki wilayah di sini, dan kami libatkan untuk pengaman secara humanis," beber Karo Ops.

Baca Juga: Sulit Dapat BLT UMKM Akibat Nomor eKTP Tidak Terdaftar? Begini Caranya Agar Dapat dan Pasti Cair

Sementara itu Kapolresta Denpasar Kombespol Jansen Avitus Panjaitan pihaknya juga melakukan pengamanan terhadap pelajar SMP dan SMK yang menyusup untuk ikut demonstrasi.

"Ada beberapa yang sudah kami amankan, kami lakukan pembinaan terhadap pelajar yang berniat ikut aksi, kami berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk membina mereka dan dipulangkan ke orang tuanya," jelas Kombespol Jansen.

Saat aksi berlangsung sepanjang Jalan Sudirman ditutup oleh Kepolisian untuk mengamankan demonstrasi. Perwakilan Mahasiswa dan buruh bergantian melakukan orasi.

Baca Juga: Lakukan Studi Kelayakan, Bali Segera Miliki LRT Angkutan Masal Berbasis Rel
Salah seorang orator yang merupakan Presiden BEM Universitas Udayana dalam orasinya menegaskan kembali Aliansi Bali Tidak Diam tidak pernah menyebar selebaran gelap yang berisi ajakan membuat kerusuhan dan menjarah. "Kami Aliansi Bali Tidak Diam tidak pernah mengajak untuk berbuat rusuh dan menjarah," teriak Dewa.


Selain itu Presiden BEM juga menyindir pihak yang memakai isu Suku penduduk lokal dan lokal. "Saya lahir dan besar di Bali, menolak Omnibus Law karena saya cinta Bali, kami menolak pembedaan penduduk lokal dan non lokal, karena kami semua masyarakat Bali," tegas Dewa.

Baca Juga: Sharena Delon Mengaku Stress, Binatang Mematikan Ini Nyaris Masuk Rumahnya
Salah satu perwakilan buruh dari Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM) Pak Rai menegaskan bahwa Omnibus Law berpotensi semakin menjerat buruh dan pekerja dalam kontrak seumur hidup. "Buruh dan pekerja akan semakin terjerat dengan kerja kontrak," teriak Rai.
Hingga pukul 16.44 orasi dengan panggung Budaya masih berlangsung dengan panggung menggunakan Halte Sudirman. Polisi melalui pengeras suara menegaskan kepada massa aksi untuk bubar sebelum pukul 18.00. ***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: DENPASARUPDATE


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah