Stop Impor, Presiden Jokowi Tegaskan Indonesia Ingin Berdikari Obat dan Alkes

- 27 Desember 2021, 15:29 WIB
Presiden Jokowi saat memberi sambutan di groundbreaking Rumah Sakit (RS) Internasional Bali yang terletak di Kawasan Wisata Sanur, Kota Denpasar, Provinsi Bali, pada Senin, 27 Desember 2021.
Presiden Jokowi saat memberi sambutan di groundbreaking Rumah Sakit (RS) Internasional Bali yang terletak di Kawasan Wisata Sanur, Kota Denpasar, Provinsi Bali, pada Senin, 27 Desember 2021. /BPMI Setpres/Laily Rachev

DENPASARUPDATE.COM – Indonesia hingga kini masih menjadi salah satu negara importir obat yang besar di dunia.

Hal ini membuat Presiden Joko Widodo atau Jokowi prihatin, untuk itu ia menegaskan pemerintah ingim

Salah satunya dengan melakukan penghentian impor alat kesehatan (alkes), obat-obatan, hingga bahan baku obat.

Baca Juga: Profil dan Biodata Nova Arianto, Asisten Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong yang Dijuluki Suster Ngesot

Hal ini disampaikannya saat memberi sambutan di groundbreaking Rumah Sakit (RS) Internasional Bali yang terletak di Kawasan Wisata Sanur, Kota Denpasar, Provinsi Bali, pada Senin, 27 Desember 2021.

Jokowi bahkan mengharapkan barang-barang tersebut dapat diproduksi sendiri secara mandiri di Indonesia.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Hari Ini Senin 27 Desember 2021 di Indosiar, Ada Suara Hati Istri dan Kisah Nyata Sore

“Alat-alat kesehatan, obat-obatan, bahan baku obat, kita harus berhenti untuk mengimpor barang-barang itu lagi dan kita lakukan, kita produksi sendiri di negara kita,” ujarnya.

Untuk menekan laju impor bahan baku obat, Menteri BUMN, Erick Thohir mengaku bahwa pihaknya melalui perusahaan plat merah Indofarma akan berfokus melakukan pengembangan industri herbal pada pengobatan.

Menurutnya, Indonesia mempunyai peluang untuk mengembangkan industri tersebut.

Baca Juga: Segera Klaim! Kode Redeem Free Fire Terbaru dan Lengkap, Senin 27 Desember 2021: Hadiah Terbaik Menantimu

Mengingat, Indonesia sendiri dikenal memiliki alam dan kultur yang mumpuni dalam sektor tersebut.

“Industri herbal sendiri kita punya kekuatan Pak, memang kita mempunyai alam dan punya kultur mengenai industri herbal ini. Karena itu Indofarma kita akan fokus pengembangan industri herbal daripada pengobatan,” jelas Erick.

Saat ini, lanjut Erick, pemerintah sedang melakukan konsolidasi klaster kesehatan BUMN.

Hal tersebut merupakan bagian dari pembentukan ekosistem guna memperkuat ketahanan dan kemandirian kesehatan.

Baca Juga: Kunjungan ke Bali dengan Gaya Casual, Jokowi Bakal Lakukan Groundbreaking RS Internasional di Sanur

“Kita tahu ekosistem ini menjadi kunci. Kalau kita berdiri sendiri-sendiri, akhirnya tentu kita tidak punya kekuatan yang terpadu untuk menahan gelombang yang terjadi ke depannya,” ujarnya.

Erick juga menjelaskan bahwa saat ini pihaknya telah berhasil menggabungkan Bio Farma sebagai perusahaan induk (holding company) yang membawahi Kimia Farma, Indofarma, dan sejumlah rumah sakit yang berada di bawah Indonesia Healthcare Corporation (IHC).

Selain itu, secara bisnis Bio Farma diharapkan mampu membuka peluang baru dalam industri kesehatan seperti industri vaksinasi.

“Karena itu kita coba sekarang bekerja sama dengan berbagai pihak apakah merupakan vaksin mRNA atau protein rekombinan yang hari ini memang masih terus kita jajaki,” lanjutnya.

Baca Juga: Tito Karnavian Beri Ancaman Ini, Anies dan Ridwan Kamil Selangkah Lagi Dipecat?

Terkait vaksinasi, Erick menjelaskan bahwa tanggal 13 Desember kemarin telah dimulai uji klinis vaksin produksi Bio Farma.

Dengan dimulainya uji klinis tersebut, Erick berharap tahun depan Indonesia mampu memproduksi vaksin secara mandiri.

“Tentu kita harapkan dengan uji klinis ini kesatu lalu kedua dan ketiga, kita juga bisa menekan impor vaksin di tahun depan. Kita siap memproduksi 77 juta (dosis) untuk langkah awal yang bisa mulai insyaallah di bulan Juli,” tambahnya.***

Editor: Rudolf Arnaud Soemolang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x