Dia melanjutkan, jika Pemprov Bali juga melakukan berbagai pendekatan isoter, seperti isoter di hotel-hotel berbintang yang difasilitasi Pemprov bersama dengan Pemkab/Pemkot, dan isoter berbasis desa.
Terkait isoter berbasis desa sendiri, Cok Ace menurutnya diyakini sebagai formula yang pas dalam pengendalian Covid-19 di Bali.
Mengingat, isoter berbasis desa, selain sesuai dengan kearifan lokal Bali juga membuat masyarakat yang terkonfirmasi positif merasa nyaman dengan kondisi tidak jauh dari tempat tinggalnya.
“Saya meyakini isoter berbasis desa sangat bagus diterapkan di Bali karena ini juga sesuai dengan kearifan lokal kita. Mungkin banyak masyarakat yang kurang nyaman jika harus diisolasi di hotel dan jauh dari tempat tinggal. Sehingga isolasi secara terpusat dengan fasilitas desa bisa menjadi salah satu solusi,” bebernya.
Untuk itu, Cok Ace pun mendorong desa-desa untuk terus meningkatkan jumlah Isoter serta mengajak masyarakat untuk tidak ragu lagi menjalani perawatan di Isoter selain juga testing.
“Tentu saja target vaksinasi terus kita kejar, sehingga masyarakat Bali bisa memenuhi target vaksin pada September mendatang,” tutupnya.
Senada dengan Cok Ace, Kalaksa BPBD Bali, Made Rentin juga meyakini bahwa pelaksanaan isoman selama ini cukup beresiko, mengingat kultur rumah di Bali yang dihuni oleh banyak orang/KK, serta jiwa kekerabatan yang tinggi jika ada orang sekitar sakit maka tetangga beramai-ramai menjenguk.
Baca Juga: Ini Dia Top 5 Lokasi Hot Drop di Free Fire, Nikmati Pertarungan Seru!