Kapan Puasa Arafah Sebaiknya Dilakukan, Benarkah Saat Wukuf? Simak Penjelasan Muhajir Habsyie

- 8 Juli 2022, 12:30 WIB
Suasana saat jamaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk melakukan ritual puncak haji bertepatan saat tanggal 9 Zulhijjah
Suasana saat jamaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk melakukan ritual puncak haji bertepatan saat tanggal 9 Zulhijjah /antaranews.com/Denpasar Update

DENPASARUPDATE.COM – Penentuan puasa arafah ternyata masih banyak perbedaan dasar khilafiyah dan pandangan. Benarkah dilakukan saat Wukuf di Arafah?

Tak sedikit orang mengaitkan antara puasa Arafah (puasa tanggal 9 Dzulhijjah) dan Wuquf di Arafah, lantas mengklaim bahwa terjadinya puasa Arafah di segala belahan dunia harus bertepatan dengan terjadinya wuquf di Arafah di Mekah.

Tentunya ini klaim yang tidak tepat, puasa Arafah dan Idul Adha sudah dikenal Islam sejak tahun ke-2 Hijriyah jauh sebelum disyariatkannya Wuquf di Arofah yang baru dilakukan Nabi ﷺ pada Haji Wada di tahun 10 H.

Baca Juga: 044 Nickname Stumble Guys Nama Keren, Unik, Berwarna, Untuk Cewek dan Cowok, serta Belum Digunakan Orang Lain

Yang menjadi patokan dalam puasa Arafah adalah penanggalan hijriyah, sebab definisi puasa Hari Arafah adalah puasa pada tanggal 9 Dzulhijah. Ini termasuk puasa yang rutin diamalkan oleh Nabi ﷺ setiap tahun. Dalam sebuah hadits disebutkan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ

Bahwa Rasulullah ﷺ biasa berpuasa tanggal 9 Dzulhijjah (Arafah), hari Asyura, tiga hari setiap bulan, Senin pertama setiap bulan, dan dua kali Kamis. (HR An-Nasai)

Baca Juga: Link Download Stumble Guys 0.37, Unlimited Gems, Money, Pakai Skin Inferno Dragon, Mabar Makin Seru dengan Ori

Dalam penanggalan Hijriyah, yang menjadi patokan adalah terlihatnya Hilal di satu daerah. Jika hilal tidak terlihat pada malam ke 29, maka bulan digenapkan menjadi 30 hari. Ini berdasarkan sabda Nabi ﷺ tentang puasa Ramadhan:

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ ، فَإِنْ غُبِّىَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ

Berpuasalah karena melihatnya (hilal) dan berbukalah (Idul Fitri) karena melihatnya. Jika (permulaan) bulan samar bagi kalian, maka sempurnakanlah bulan (menjadi 30 hari). (HR Bukhari-Muslim)

Penetapan bulan berdasarkan Rukyatul Hilal ini bukan hanya untuk Bulan Ramadhan dan Syawal saja, melainkan untuk bulan-bulan lainpun demikian. Dalam Bughyatul Mustarsyidin dikatakan:

لا يثبت رمضان كغيره من الشهور الا برؤية الهلال أو كمال العدة ثلاثين بلا فارق

Tidak ditetapkan Bulan Ramadhan, dan bulan-bulan lain kecuali dengan melihat Hilal atau menyempurnakan bulan menjadi tiga puluh hari tanpa ada perbedaan. (Bughyatul Mustarsyidin: 108)

Baca Juga: Download Stumble Guys 0.38, Unlock All, Unlimited Money, Ada Skin Dr. Egg, Auto Sultan? Mabar Seru di Link Ori

Karena tempat terbit matahari dan bulan berbeda-beda antara satu daerah dan lainnya, maka pastinya sering terjadi perbedaan penetapan awal Bulan Hijriyah terlebih antara daerah yang berjauhan.  

Jika hal itu terjadi, maka setiap daerah harus berpatokan dengan hasil rukyatul hilal masing-masing. Di zaman para sahabat, perbedaan ini pun pernah terjadi dan Sahabat Abdullah bin Abbas RA menegaskan bahwa setiap daerah memiliki  hukum tersendiri berdasarkan ajaran Rasulullah ﷺ. Dalam Shahih Muslim dikisahkan:

عَنْ كُرَيْبٍ أَنَّ أُمَّ الفَضْلِ بِنْتَ الحَرْثِ بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ فَقَالَ: قَدِمْتُ الشَّامَ فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا وَاسْتَهَلَّ عَلىَ رَمَضَان وَأَنَا بِالشَّامِ فَرَأَيْتُ الهِلاَلَ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ . ثُمَّ قَدِمْتُ المَدِيْنَةَ فيِ آخِرِ الشَّهْرِ فَسَأَلَنيِ عَبْدُ اللهِ بْنِ عَبَّاس ثُمَّ ذَكَرَ الهِلاَلَ فَقَالَ: مَتىَ رَأَيْتُمُ الهِلاَلَ ؟ فَقُلْتُ : رَأَيْتُهُ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ. فَقَالَ: أَنْتَ رَأَيْتَهُ ؟ فَقُلْتُ نَعَمْ وَرَآهُ النَّاسُ وَصَامُوا وَصَامَ مُعَاوِيَةُ. قَالَ: لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلاَ نَزَالُ نَصُوْمُ حَتىَّ نُكْمِلَ ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا أَوْ نَرَاهُ. فَقُلْتُ: أَلاَ تَكْتَفيِ بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَة ؟ فَقَالَ لاَ هَكَذَا أَمَرَنَا النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ

Baca Juga: Link Download Stumble Guys Versi 0.38 Bisa Unlimited Money, Gems, dan All Skin? Ini Cara Cepat Unduh yang Aman

Dari Kuraib radhiyallahuanhu bahwa Ummul Fadhl bintil Hartrs telah mengutusnya menemui Sahabat Muawiyah di  Negeri Syam. Kuraib menceritakan:

 Aku tiba di negeri Syam dan aku selesaikan tugasku, lalu datanglah hilal Ramadhan sementara aku di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jumat. Kemudian aku pulang ke Madinah di akhir bulan. Maka Abdullah bin Abbas bertanya padaku dan ia menyebutkan tentang Hilal di Syam. Ibnu Abbas ra bertanya,

“Kapan engkau melihat hilal?”.

“Aku melihatnya malam Jumat”, jawabku.

Ibnu Abbas bertanya lagi, “Kamu melihatnya sendiri?”.

Baca Juga: Ini Jadwalnya Laga Uji Coba Persib Bandung vs RANS Nusantara dan Persikabo 1973

“Ya, orang-orang juga melihatnya dan mereka pun berpuasa, bahkan Mu’awiyah pun berpuasa”, jawab Kuraib.

Ibnu Abbas berkata, “Tetapi kami (di Madinah) melihat hilal malam Sabtu. Dan kami akan tetap berpuasa hingga 30 hari atau kami melihat hilal”.

Kuraib bertanya, “Tidakkan cukup dengan rukyatul Hilal yang dilakukan oleh Mu’awiyah?”

Ibnu Abbas menjawab, “Tidak, demikianlah Rasulullah ﷺ memerintahkan kami.” (HR. Muslim)

Baca Juga: Waspada Jelang Idul Adha, 268 Hewan Ternak Terjangkit PMK di Buleleng, Mayoritas di Kecamatan Gerokgak

Dari pemaparan ini menjadi jelas bahwa penetapan tanggal hijriyah tergantung kepada rukyatul Hilal di daerah masing-masing. Karena awal Dzulhijjah di Indonesia pada tahun ini (2022 M) ditetapkan jatuh pada tanggal 1 Juli berdasarkan keputusan pemerintah yang berlandaskan pada rukyatul hilal, maka rakyat Indonesia semestinya melakukan puasa Arafah pada tanggal 9 Juli, dan berlebaran Idul Adha pada tanggal 10 Juli.

Ini berbeda dengan penduduk belahan bumi lain yang melihat Hilal pada tanggal 30 Juni, puasa Arafah bagi mereka dilakukan pada tanggal 8 Juli, dan Idul Adha bagi mereka jatuh pada tanggal 9 Juli. Masing-masing memiliki hukum tersendiri.

Perbedaan ini hendaknya tidak dijadikan bahan untuk perselisihan, namun semestinya menjadi bahan renungan bagi kita semua mengenai keagungan kuasa Allah ﷻ. Bagaimana bulan dan matahari beredar pada orbitnya masing-masing sehingga menjadikan setiap belahan bumi memiliki perbedaan waktu yang berlainan.

Baca Juga: Download Stumble Guys 0.37 Update 8 Juli 2022, Unlimited Gems, Unlock All Skin Auto Sultan? Link Ori Disini

Setiap matahari terbit di satu tempat, itulah juga saat tenggelamnya matahari di tempat lain. Jika di satu tempat seorang muslim sedang berpuasa di siang hari, di belahan bumi lain ada yang sedang khusyuk dalam shalat malamnya.

Setiap saat adalah pagi, siang, sore, dan malam di belahan bumi masing-masing. Setiap saat adalah waktu Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya di belahan bumi masing-masing. Setiap saat adalah waktu berdzikir, tidak pernah hentinya nama Allah ﷻ disebutkan sampai masa yang ditentukan Allah ﷻ. ***

 

 

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x