Ada kisah keluarga Suciati yang menempati rumah panggung. Juga anak-anak SD dengan cita-cita yang setinggi langit, meski fasilitas belajar minim dan berdampingan dengan sapi-sapi sekitar. Hampiri pula uniknya warga di Pulau Rinca yang berdampingan dengan Komodo.
Dari Labuan Bajo ini, penulis juga ingin agar kita bisa belajar untuk hidup dalam damai, meski meyakini dan menyembah Tuhan dengan cara yang berbeda.
“Kisah tentang keindahan alam Labuan Bajo juga ada, tapi sangat sedikit porsinya,” kata Efrata.
Lebih lanjut dikatakan, hal tersebut karena sudah banyak media-media yang membahas tentang hal itu. Sementara, belum banyak yang mendokumentasikan kearifan lokal yang ada pada masyarakat. Padahal, bagi Efrata, hal tersebut sama penting dan seharusnya mendapat porsi yang sama untuk sama-sama diperhatikan.
Semoga dengan acara Bedah Buku ini, buku Lejong ke Labuan Bajo bisa lebih dikenal oleh masyarakat.
Sehingga, makin banyak yang mengenal Labuan Bajo tidak saja dari keindahan alamnya, tapi juga dari keunikan masyarakatnya.
Secara pribadi, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada para sponsor yang mendukung acara ini yaitu Kuliden Kitchen & Space dan Yayasan Dhyana Pura. ***