DENPASARUPDATE.COM – Bali juga merupakan salah satu daerah penghasil minuman tuak yang diambil dari pohon lontar yang berbuah selama ini identik dengan tanaman untuk menghasilkan minuman beralkohol tradisional khas Bali. Seperti tuak hingga arak. Selain itu, pohon lontar juga potensial untuk komoditas lain; yaitu gula merah yang diolah dari nira lontar.
Gula merah selama ini identik dengan tanaman aren. Tapi di wilayah timur Buleleng, gula merah justru lebih banyak dihasilkan dari pohon lontar. Maklum saja, di wilayah Kecamatan Tejakula, tanaman ini lebih mudah ditemukan.
Semula gula merah dari lontar hanya digunakan untuk konsumsi pribadi. Tapi kini gula merah lontar sudah dijadikan sebagai komoditas ekonomi. Bahkan berpotensi menembus konsumen premium.
Seperti yang dilakoni Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) Amerta Boga, Desa Sambirenteng. Kelompok ini menghasilkan gula merah dengan kualitas dan kemasan premium. Gula tersebut ditempatkan dalam wadah toples yang biasa digunakan untuk wadah selai.
Perbekel Sambirenteng, I Ketut Suwastika mengungkapkan, pohon lontar di desanya cukup banyak. Ia sendiri tak mengetahui berapa banyak populasi pohon tersebut di desanya. Namun jumlahnya diperkirakan lebih dari seribu batang.
Menurutnya sejak lama masyarakat setempat sudah memproduksi gula lontar. Biasanya gula akan ditempatkan dalam wadah khusus dari anyaman daun lontar. Gula itu kemudian digunakan untuk konsumsi pribadi atau masyarakat sekitar.
Ternyata produksi gula yang diproses secara organik itu menarik minat konsumen. “Mereka tahu bahwa prosesnya organik. Mulai dari menderas nira lontar, sampai dengan proses pembuatan, itu memang proses tradisional semua,” kata Suwastika.