DENPASARUPDATE.COM – Selain harga minyak goreng yang mahal dan langka, harga kedelai impor juga ikut merangkak naik. Kondisi itu dirasa sangat memberatkan bagi para produsen tahu dan tempe di Kabupaten Klungkung Bali yang sejak pandemi Covid-19 mengalami penurunan permintaan.
Meski begitu, mereka memilih untuk tidak ikut mogok berproduksi sebagai bentuk protes seperti produsen tahu dan tempe di daerah lain.
Salah seorang pengusaha tahu dan tempe di Desa Kampung Gelgel, Kecamatan Klungkung, Imam Budiarso, mengungkapkan, harga kedelai impor terus mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir ini. Harga kedelai impor yang awalnya berkisar Rp 6.500 per kg, terus mengalami peningkatan hingga menjadi Rp 11 ribu per kg saat ini.
Baca Juga: 6 Zodiak, Waktunya Rawat Diri dan Nikmati Kebahagiaan, Ramalan Zodiak Hari Ini 27 Februari 2022
“Awalnya Rp 6.500 ribu per kg, menjadi Rp 7.500, kemudian menjadi Rp 8.500 per kg, lalu Rp 9.500 per kg, selanjutnya menjadi Rp 10.400, dan sekarang menjadi Rp 11 ribu per kg. Itu harga kedelai impor di Klungkung, kalau di daerah lain, saya tidak tahu,” sebut Imam, kepada awak media kemarin, 26 Februari 2022.
Ia mengaku tidak bisa berbuat apa dengan kenaikan harga kedelai impor tersebut. Sebab sejak pandemi Covid-19, dia tidak lagi bisa mendapatkan kedelai Dawan yang sebelumnya dia gunakan. Itu lantaran petani lebih memilih menanam jagung yang prosesnya lebih mudah dengan hasil yang lebih menggiurkan.
“Kalau dulu sebelum ada korona, kedelai lokal itu ada dari Dawan. Sekarang tidak ada, khususnya di Bali ini kedelai tidak ada beralih ke jagung manis karena prosesnya itu lebih cepat lebih bagus,” katanya.