Karya: Ni Luh Nusti Pratiwi
Jalan yang ditelusuri ini awalnya terpikir akan dijejaki tanpa alas
Perlahan memang tak menjemukan
Namun sedikit jejak yang ada kadang mulai tersapu
Alas kaki bukan alasan
Pasir-pasir mulai menghitam
Lalu kakiku tercengkeram
Baca Juga: Puisi: Raja dan Penari Joged
Pelukan rotan itu mengharukan seolah ada mata yang menatapnya penuh harap
Terakhir pijakan yang tertahan dikembalikan
Walau begitu kupu-kupu itu nampak mengesankan
bahkan burung-burung pipit meliuk di antara sapuan angin
Tanganku telah menjangkaunya
Baca Juga: Ini Dia Gawai Canggih MateBook D15 dan MatePad T10s Besutan Huawei
Sekali lagi aku harus ingat pelukan rotan
Sekuat apapun tubuhku mengupasnya
sepertinya rasa kasihan yang didahulukan
Biarkan hujan datang disertai petir yang menyambar