Puisi: Tapal Batas Negara

- 16 Agustus 2020, 06:30 WIB
Bendera merah putih dibentangkan di Puncak Penanggungan tahun lalu (Foto: Dok. Team Stress Adventure)
Bendera merah putih dibentangkan di Puncak Penanggungan tahun lalu (Foto: Dok. Team Stress Adventure) /Istimewa


Karya: Suwardi Rasyid (Budayawan)

Jemari mungil itu lantih…
mainkan tanah lumpur hangat hujan pertama
sumringah senyumnya sejukkan mata…
ada asa dan doa dalam kalbu untuknya
Dewasanya kelak menjadi Tulang Punggung Bangsa bertuntun Agama

Jejak-jejak waktu hampir tiba di ujung masa
Pada tapal batas senja berwarna jingga
Jemari mungil itu telah tumbuh menjelma remaja
ada angkara mengawasi menganga
Meretas kalbu sesak oleh was-was yang terjaga
Tulang Punggung Bangsa, sanggupkah ia ?

Panggung-panggung dipenuhi pesona lakon melenakan
Mana utama mana pembantu tak lagi penting
Menjadi antagois atau protogonis bukanlah prestise
Yang penting lumbung mengamankan lambung
Was-was menggila…
Tulang Punggung Bangsa, sanggupkah ia ?

Baca Juga: Kubur Mimpi City Untuk Cetak Sejarah, Lyon Hajar The Citizens 3-1, Ini Laporan Pertandingannya

Antara senja dan pagi ada jarak waktu yang terlalu
Antara temaram dan terang ada gulita yang mencekam
Nyaris tiada ruang untuk sekedar senyum tersipu
Semangat reconquista serupa dendam
Sekedar frigit atas tafsir masa lalu yang suram
Tanpa logika pertimbangan limpa dan empedu
Jemari mungil dan sumringah senyum itu adalah mereka
Tulang Punggung Bangsa yang terbaluri doa dan kasih pertiwi
Percayalah pada guardian bersayap penjaga waktu gulita

Lepaskan saja asa itu ke-ujung langit negeri
Agar menjelma sejuk di antara panas dan dingin
Menjelma damai di antara caci dan makian
Menjelma bijak di antara intrik dan keculasan
Tulang Punggung Bangsa…Pasti Bisa !
Menjaga bangsa bertuntun agama
Tanpa kehilangan jemari mungil dan sumringah senyum. ***

 

Editor: M Hari Balo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x