Puisi: Misteri Kata-Kata

- 6 Agustus 2020, 21:43 WIB
Lembar puisi dalam film AADC.*
Lembar puisi dalam film AADC.* /Tangkapan layar film AADC

Oleh: Suwardi Rasyid (Budayawan)

Sungguh…kata-kata memang penuh misteri
Nyaris rahasia ruang dan waktu telanjang olehnya
Atau mungkin kata-kata itu justru ruang dan waktu itu sendiri…

“Nyanyian jiwa bersayap menembus awan jingga…mega-mega terberai di terjang halilintar”, kata Iwan Fals.
“Andaiku malaikat kupotong sayapku, dan rasakan perih di dunia bersamamu”, SID dalam sebagian bait syair lagunya.
Bahkan Chairil Anwar dalam satu kalimatnya berkata “Aku ingin hidup seribu tahun lagi”.

Sungguh kata-kata ternyata tergantung pembawaan lidah sang penyuara
Apakah sang penyuara pernah menjuluki dirinya?…pastinya tidak
Bicara banyak itu boros kata-kata…banyak omong gelarannya
Ketidak selarasan antara kata dan perbuatan…adalah bualan julukannya
Tukang hoax lebih akrab pada golongan milenial, ketimbang pembual
Ketika banyak kata terlontar penuh isi dan menghangatkan jiwa
Orator handal tersemat padanya…serupa Bung Karno kata mereka
Sementara kumpulan kata yang mampu membelokkan sesuatu…atas tawar menawar,
untung rugi, manfaat atau mudarat, bahkan perang pun bisa di tunda…
atas pengguna kata-kata serupa ini Negosiator-lah dia…
Yaa…serupa Sultan Hamid II atau mungkin Bung Hatta

Rumus irit kata-kata pun dilegalkan dengan semboyan yang manis
“Diam adalah emas”…yaa diam memang tidak butuh kata…pastinya !
Tetapi diam bukan pula sepenuhnya tanpa makna…benarkah?
Seorang tukang becak pernah berkata “Diam adalah penghianatan”…
Yaa..dialah Widji Tukul Si Tukang Becak yang dulu meresahkan penguasa
kumpulan kata-kata si tukang becak bahkan menjelma lebih besar daripada profesinya… “Aku Ingin Menjadi Peluru”…satirnya satu masa
“apabila usul ditolak tanpa ditimbang…suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan…maka hanya ada satu kata: lawan!”
Susunan kata-kata yang membuatnya kemudian “hilang”.

Penyuara kata-kata sesungguhnya hanya sekedar tunduk pada skenario,
dan panggung peristiwanya
Kata-katanya hanyalah alat…alat yang penuh nilai magis
Laksana keris para Mpu, Rsi dan Kiyai yang menambah kharisma si empunya
Sekali terlepas dari warangka, maka satu peristiwa sejarah kan segera tercatat
Kalau pun kata-kata dan keris berwarangka terwariskan…tuahnya tak seberapa
Kalaupun harus terlontar… jiwa sang maestro tetap lekat bersamanya
Bahkan jauh sebelum kepulangan mereka ke kampung keabadian rahasia…
“Pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi, tapi dalam bait-bait sajak ini kau takkan kurelakan sendiri”… kata Djoko Damono sang maestro.

Lontaran kata-kata…sungguh sederhana memang
Inilah simbol sederhana yang mistis
Pujangga seakan melintasi ruang dan waktu
Susunan kata harmonis, melo dan romantis, bahkan dramatis…
memberi warna hingga berlapis generasi

Generasi kini sungguh beruntung
Tinggal meluangkan waktu untuk membaca dan mengkaji
Menimba dan memanen khazanah dari jejak yang terserak…
Karena kata-kata takkan pernah berarti, jika tidak dimaknai…
“Kesadaran Adalah Matahari – Kesabaran adalah Bumi,
Keberanian menjadi Cakrawala, dan Perjuangan adalah Pelaksanaan Kata-Kata”
Pesan WS Rendra !

 

Editor: M Hari Balo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x