Bali Tolak Impor Beras, Masuk Masa Panen, Ketahanan Pangan Dinyatakan Masih Aman

- 24 Maret 2021, 07:06 WIB
Beras di gudang Bulog Divre Bali dinyatakan masih aman.
Beras di gudang Bulog Divre Bali dinyatakan masih aman. /ANTARA/Denpasar Update



DENPASARUPDATE.COM – Indonesia disebut sebagai negeri dengan julukan gemah ripah loh jinawi. Artinya, negeri yang tenteram dan Makmur serta sangat subur tanahnya melimpah pangan.

Tapi anehnya, setiap rezim ada saja upaya untuk melakukan impor beras. Ini dianggap tak sejalan dengan prinsip ketahanan  pangan.

Baru-baru ini Menteri Perdagangan (Mendag), M. Luthfi melontarkan rencana akan mengimpor 1 juta ton beras. Terang saja trencana ini langsung mendapat reaksi keras dari masyarakat. Sebagian besar masyarakat menolak pemerintah melakukan impor beras. Termasuk Bali saat ini sedang memasuki masa panen raya.

Baca Juga: Lahir 24 Maret Menurut Kalender Bali: Pandai Berhemat dan Punya Kemampuan Banyak

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana menegaskan Bali tak perlu beras impor karena ketahanan pangan yang aman.

"Berdasarkan data tersebut situasi ketahanan pangan kita di masa pandemi Covid-19 masih aman," sebut Wisnuardhana, Selasa 23 Maret 2021.

Menurutnya, dari data estimasi yang dimiliki pihaknya, ia menyebut bahwa angka produksi gabah kering giling (GKG) periode Januari-April 2021 sebanyak 260.949 ton yang setara dengan 167.058 ton beras.
Baca Juga: Kejar Target, DTW Tanah Lot Kabupaten Tabanan Mulai Sasar Vaksinasi Bagi Pelaku Wisata

Bila dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi Bali sebanyak 142.475 ton beras, lanjutnya maka akan ada surplus beras sebanyak 24.584 ton.

Sementara, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunarta mengatakan bahwa stok ketahanan pangan Bali masih dapat terjaga. Ini karena Bali pada bulan Maret 2021 mulai memasuki masa puncak panen raya.

Hal itu menyebut wacana impor beras yang dilontarkan oleh Mendag tersebut dirasa kurang pas. Bahkan, justru akan mengganggu psikologis petani dengan turunnya harga gabah. ***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Denpasar Update


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah