Nama inipun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang 'ulamā' besar yang mengajar di Masjīd al-Harām.
Akhlāq dan kepribadian ulamā' besar itu sangat menarik hati ayahandanya. Nama ulamā' besar itu adalah Syaīkh Muhammād Zainuddīn Serawak, dari Serawak, Malaysia.
Dikenal sebagai ulama besar yang memilliki ilmu yang luas dan mendalam, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dulu sempat pernah belajar di madrasah yang sama dengan Kiai Haji Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan Kiai Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).
Baca Juga: Kisah Sahabat Nabi, IMRAN BIN HUSHAIN Menyerupai Malaikat, Tenggelam Dalam Ibadah Seolah Tak Menoleh
Adalah Madrasah Ash-Shaulatiyah yang merupakan salah satu madrasah legendaris di tanah suci Makkah sekaligus madrasah tertua.
Oleh karena itu ada hubungan historis antara Muhammadiyah, NU dan NW di Indonesia karna basis ilmu pendirinya sama-sama dari almamater madrasah Ash-Shaulatiyah.
Baca Juga: Kisah Ar-Rajjal Bin Unfuwah, Sahabat Nabi yang Menggadaikan Aqidahnya dan Mendukung Dalil Nabi Palsu
Tentu apa yang diajarkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, diajarkan pula di sekolah-sekolah Nahdlatul Wathan.
Di sanalah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid muda menimba ilmu dengan dua ulama besar Tanah Air itu.