Redi Wisono, Sutradara Dibalik Suksesnya Pementasan Drama Hari Cinta Tanah Air di Blitar, Ada Pesan Mulia

- 16 Februari 2023, 09:18 WIB
Redi Wisono
Redi Wisono /Instagram

Tiap tahunnya, pementasan tersebut selalu melibatkan ratusan pelajar seni se-Blitar. Untuk tahun ini ada 150 pelajar yang dilibatkan dalam pementasan.

Tantangan bagi Redi Wisono setiap tahunnya selalu sama, yakni hujan. Selebihnya, menyenangkan dan selalu berkesan.

Pementasan kali ini diberi judul "Darma Kesatria Bumi Pertiwi" dengan mengusung konsep penggabungan seni drama dan tari, pertunjukan ditampilkan dalam bentuk sendratari kolosal dan teatrikal.

Selaku penulis dan sutradara naskah, berikut makna judul pertunjukan menurut penuturan Redi Wisono.

"Darma itu pengabdian, kesatria itu adalah orang-orang pemberani. Itu artinya Darma bakti orang-orang pemberani untuk memperjuangkan negeri," kata Redi Wisono kepada tim DenpasarUpdate via komunikasi telepon pada tanggal 15 Februari 2023.

Dituturkan pula, proses penggarapan mulai dari pengerjaan naskah, casting, pembuatan fragmen, artistik, juga musik dibutuhkan estimasi waktu 1 bulan.

Pementasan ini tiap tahunnya selalu membawakan poin cerita yang sama di setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan cerita diambil dari peristiwa sejarah.

Jadi, penuturan cerita harus sesuai dengan fakta yang terjadi di dalam sejarah tersebut. Beberapa poin peristiwa penting yang selalu ada diantaranya adegan Perang Asia Timur Raya, Jepang masuk Indonesia, kemudian pembentukan Peta, adanya romusha, hingga kemudian Peta tidak terima kalau Jepang menindas dan akhirnya mereka memberontak.

"Untuk naskah sebenarnya dari tahun ke tahun itu hampir sama pakemnya lho ya. Karena kita bicara tentang sejarah itu nggak boleh menghilangkan, membiaskan," kata Redi Wisono lagi.

Kreasi di tahun ini, ada beberapa adegan yang di tahun sebelumnya tidak ada, tahun ini dimunculkan oleh Redi Wisono, yakni memunculkan Kekasih Soeprijadi, Mbah Khasan Bendo (Guru Soeprijadi) yang tahun sebelumnya hanya selalu dalam wujud suara, dan peresmian Monumen Potlot.

Halaman:

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x