DENPASARUPDATE.COM – Di Bali, Karangasem dikenal sebagai daerah tergolong terbelakang. Pertumbuhan ekonominya rendah. Saat Gunung Agung meletus tahun lalu, banyak masyarakatnya mengungsi. Kali ini tambah susah lantaran pandemi Covid-19.
Fakta menunjukkan, pandemi corona ini juga memicu tingginya perceraian di Kabupaten paling timur pulau Bali ini.
Pemerhati masalah anak dan perempuan yang juga pendamping kasus perceraian perempuan Ni Made Suparniati, mengungkap banyak perempuan di Karangasem menggugat cerai akhir-akhir ini. “Di Karangasem pihak perempuan yang menggugat,” ungkap Suparniati.
Baca Juga: Realisasi Dana Perlindungan Sosial Diklaim Sudah 83,1 Persen
Alasan perceraian disebutkan memang beragam. Antara lain, sudah tidak ada kecocokan, juga karena faktor ekonomi dank arena tidak punya anak atau keturunan. Saat pandemi Covid-19 angkanya meningkat tajam karena banyak para suami hanya berdiam di rumah saja.
Diakui sampai saat ini sudah ada 175 kasus yang sebagian dia tangani dan mediasi sendiri untuk kasus perceraian. “Data itu sejak bulan Januari, sebagian diantaranya yang saya tangani,” ujarnya.
Saat ini juga dia tengah menangani kasus perceraian. Dimana suaminya asal Kemenuh, Gianyar sementara sang istri asal Tulemen, Karangasem. “Yang bersangkutan cerai karena tidak punya anak,” ujarnya.
Baca Juga: Bantu Pemulihan, 23 Negara Buka Lowongan Kerja, Termasuk Bagi Pekerja Migran
Bahkan si perempuan sendiri sudah ngotot minta cerai dan sudah pulang kerumah bajangnya di Tulemban, Kecamatan Kubu.