Cegah Penyakit Zoonosis Seperti Antraks, Pintu Masuk Bakal Semakin Diperketat

- 13 September 2023, 14:23 WIB
Ilustrasi penyakit antraks yang menular ke manusia
Ilustrasi penyakit antraks yang menular ke manusia /kementerian pertanian/

 

DENPASARUPDATE.COM – Pasca pandemi Covid-19 muncul  penyakit zoonosis dan infeksius yang membahayakan manusia. Seperti antraks yang sudah menyebar di sejumlah darah di Pulau Jawa. Kabupaten Jembrana sebagai pintu masuk Bali melalui jalur darat rawan menjadi pintu masuk penyakit, sehingga perlu dilakukan pencegahan.

Salah satu yang saat ini dilakukan adalah pembentukan tim koordinasi daerah pencegahan dan pengendalian zoonosis dan penyakit infeksius baru di Jembrana. "Tim saat ini dalam proses pembentukan, dalam waktu dekat sudah ditetapkan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jembrana I Made Dwipayana, usai workshop pembentukan tim koordinasi, Selasa (12/9).

Dikatakan, penyakit zoonosis dan infeksius baru yang saat ini diwaspadai, sebenarnya bukan penyakit baru tetapi karena penularannya baru terjadi di beberapa daerah saja. Seperti antraks yang terjadi di wilayah Jawa Barat dan terakhir di Gunung Kidul Yogyakarta. "Khawatirnya masuk Bali," ungkapnya.

Baca Juga: Terjungkal, Kendaraan Excavator Hantam Truk hingga Remuk di TPA Temesi Gianyar

Dijelaskan, antraks merupakan penyakit yang bersifat zoonosis, ditularkan dari hewan ke manusia yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang biasa menyerang hewan herbivora. Tidak hanya sapi dan kambing, unggas juga berpotensi menularkan antraks.

Salah satu risiko antraks yang ditularkan dari hewan ini, menyerang paru-paru. Antraks hampir sama dengan Covid-19, penekanan pada fungsi paru-paru yang membuat sesak nafas dan bisa berakibat fatal. "Mirip dengan Covid-19, tetapi antraks ini penyebabnya spora. Bukan virus seperti Covid-19," jelasnya.

Spora mirip dengan titanus, ada dalam tanah. Karena itu, apabila ada hewan mati karena antraks dikubur justru lebih berbahaya. Seharusnya dibakar untuk menghilangkan antraks. Bahkan bisa bertahan lama, spora bisa puluhan tahun di dalam tanah.

Baca Juga: Kenali Risiko Spoofing dan Upaya Protekzi - Super Antivirus Menjaga Pengguna Tetap Aman dari Ancaman Digital

Meskipun saat ini belum ada kaus antraks di Bali, khususnya Jembrana, antraks ini perlu diwaspadai. Salah satunya dengan melakukan pencegahan, apabila ada hewan mati secara riba- tiba tidak dikonsumsi. Seperti yang terjadi di wilayah Gunung Kidul, karena makan sapi yang mati tertular antraks.

Antraks karena spora ini tidak menular ke manusia jika dimasak dengan benar. Memasak daging dengan suhu di atas 100 derajat selama 10 sampai 15 menit, maka sporanya mati. Bahanya, jika daging dimasak kurang matang, seperti sate.

Terpenting saat ini yang harus dilakukan adalah pencegahan antraks dengan pengetatan perdagangan hewan ternak antar daerah. Transportasi hewan ternak harus diawasi dengan ketat, pagi antar pulau. Kesehatan hewan sebelum didistribusikan dan dipotong harus menjadi perhatian serius seluruh instansi.

Baca Juga: Memalukan! Pendeta Hajar Pendeta Gegara Begini, Jurnalis Malah Dikeroyok Saat Melerai

Karena tidak menutup kemungkinan peternak menjual ternaknya yang sakit dengan harga murah. "Karena itu kesehatan hewan ternak diawasi, distribusi dan transportasinya antar kabupaten dan antar provinsi juga diawasi. Pemotongan hewan juga diawasi," ujarnya.

Selain antraks, penyakit zoonosis lain seperti rabies, penyakit mulut dan kuku juga diwaspadai. Karena antraks ini sudah terjadi di daerah lain di Pula Jawa, Kabupaten Jembrana sebagai pintu masuk Bali di jalur darat harus mewaspadai.

"Ancaman antraks cukup tinggi karena Bali dekat dengan Jawa. Jembrana perlu pengawasan khusus Karena pintu masuk Bali," ujar Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Widarsa.

Baca Juga: FF2D OPM APK Latest v2.16: Unduh dan Nikmati Permainan Seru Free Fire

Menurutnya, penyakit zoonosis di Bali, khususnya di Jembrana menular karena tranportasi hewan. Misalnya rabies, awalnya muncul di Bali tahun 2008 di wilayah Kuta Selatan, Badung, melalui aning yang dibawa orang dari luar Bali. Dalam waktu cepat menyebar hingga terjadi kasus gigitan anjing rabies pertama di Jembrana tahun 2009 di Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo.

Saat ini meskipun kasus rabies jauh lebih sedikit dari tahun 2022 lalu, harus menjadi perhatian dan diwaspadai. Tahun ini dari Januari - Agustus sudah terjadi 58 kasus positif rabies di Jembrana.***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Denpasar Update


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah