Jejak Langkah Para Ulama 1: Kisah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Sosok Kharismatik Asal Lombok NTB

3 April 2022, 13:11 WIB
Jejak Langkah Para Ulama 1: Kisah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Sosok Ulama Kharismatik Asal Lombok NTB /Dok. Dinas Sosial NTB/

 

DENPASARUPDATE.COM – Siapa yang tidak mengenal sosok ulama Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid?

Namanya terpatri abadi sebagai nama Bandara Internasional Lombok yang berada di Praya, Lombok Tengah.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sendiri adalah seorang ulama kharismatik yang berasal dari Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca Juga: Dikenal Sebagai Mi Instan Terenak di Dunia, Begini Sejarah Indomie

Bahkan, beliau dikenal sebagai salah satu sosok ulama kharismatik dan berpengaruh di Indonesia, khususnya kawasan Kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara.

Mengutip Warta Lombok, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sendiri dilahirkan di Desa Pancor, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, NTB pada hari Rabu, 20 April 1908 M atau bertepatan dengan 18 Rabi’ul awal 1316 H.

Baca Juga: Sosok IMAM MAHDI dari Indonesia? Ini Penjelasan Lengkap Ulama Kondang Syekh Imran Hosein

Ia merupakan anak dari perkawinan Tuan Guru Hajjī Abdul Madjīd (beliau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mu'minah atau Guru Minah) dengan seorang wanita shālihah bernama Hajjah Halīmah al-Sa'dīyyah.

Menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan raja - raja Selaparang, sebuah kerajaan Islām yang pernah berkuasa di Pulau Lombok.

Baca Juga: Kisah Batalnya Nyi Roro Kidul Tawarkan Bantuan ke Pangeran Diponegoro Lawan Belanda, Kok Bisa?

Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai Hajjī Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd merupakan keturunan raja Selaparang yang ke-17

Nama kecil beliau adalah 'Muhammād Saggāf', nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum dilahirkan, ayahandanya, TGH. Abdul Madjīd, didatangi dua walīyullāh, masing-masing dari Hadhramaũt dan Maghrabī.

Baca Juga: Ini Amalan Doa Malam Nifsu Syaban dalam Bahasa Arab, Latin, dan Terjemahan Lengkapnya

Kedua walīyullāh itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni "Saqqāf". Beliau berdua berpesan kepada TGH. Abdul Madjīd supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama "Saqqāf", yang artinya "Atapnya para Wali pada zamannya".

Kata "Saqqāf" di Indonesiakan menjadi "Saggāf" dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi "Segep".

Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan "Gep" oleh ibu beliau, Hajjah Halīmah al-Sa'dīyyah.

Baca Juga: Bismillah InsyaAllah Berkah, Begini Amalan Shalawat Untuk Mendatangkan Rezeki

Setelah menunaikan ibadah hajjī, nama kecil beliau tersebut diganti dengan 'Hajjī Muhammād Zainuddīn'.

Nama inipun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang 'ulamā' besar yang mengajar di Masjīd al-Harām.

Baca Juga: Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash Sniper Andalan Rasulullah yang Doanya Laksana Panah yang Tak Pernah Meleset

Akhlāq dan kepribadian ulamā' besar itu sangat menarik hati ayahandanya. Nama ulamā' besar itu adalah Syaīkh Muhammād Zainuddīn Serawak, dari Serawak, Malaysia.

Dikenal sebagai ulama besar yang memilliki ilmu yang luas dan mendalam, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dulu sempat pernah belajar di madrasah yang sama dengan Kiai Haji Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan Kiai Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).

Baca Juga: Kisah Sahabat Nabi, IMRAN BIN HUSHAIN Menyerupai Malaikat, Tenggelam Dalam Ibadah Seolah Tak Menoleh

Adalah Madrasah Ash-Shaulatiyah yang merupakan salah satu madrasah legendaris di tanah suci Makkah sekaligus madrasah tertua.

Oleh karena itu ada hubungan historis antara Muhammadiyah, NU dan NW di Indonesia karna basis ilmu pendirinya sama-sama dari almamater madrasah Ash-Shaulatiyah.

Baca Juga: Kisah Ar-Rajjal Bin Unfuwah, Sahabat Nabi yang Menggadaikan Aqidahnya dan Mendukung Dalil Nabi Palsu

Tentu apa yang diajarkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, diajarkan pula di sekolah-sekolah Nahdlatul Wathan.

Di sanalah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid muda menimba ilmu dengan dua ulama besar Tanah Air itu.

Baca Juga: Kisah UBAY BIN KA'AB, Qori' Terbaik Bersuara Emas, Sahabat yang Dibanggakan Rasulullah Atas Ilmu Yang Dimiliki

Madrasah tersebut didirikan oleh seorang ulama besar nan kharismatik asal India yakni Syaikh Rahmatullah Ibnu Khalil Al-Hindi Ad-Dahlawi pada 1219 Hijriah atau 1804 Masehi.

“Tuan guru kiai haji (TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, pendiri Nahdlatul Wathan (NW) mengikuti jejak Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Kiai Haji Hasyim Asy’ari berguru di tempat yang sama,” tulis Azyumardi Azra dalam buku 'Renaissanse Islam Asia Tenggara'.

Derajat keilmuan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diakui oleh banyak ulama di Tanah Air bahkan oleh guru-guru beliau ketika masih belajar.

Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Māliki al-Makki, seorang ulama terkemuka kota suci Makkah, mengatakan, tak ada seorang pun ahli ilmu di Tanah Suci Makkah, baik thullāb maupun ulama yang tidak mengenal tingginya ilmu Syekh Zainuddin.

Baca Juga: Kisah Unik Dibalik Sungai Chao Phraya Tempat Ditemukannya Artis Thailand Tangmo Nida yang Jatuh Tenggelam

Di Indonesia, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diabadikan sebagai tokoh panutan dalam buku 'Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan, Sosial, dan Dakwah Islamiyah'.

“Syekh Zainuddin seorang ulama besar, bukan hanya milik umat Islam Indonesia, tetapi juga milik umat Islam sedunia,” seperti tertulis dalam buku.

Baca Juga: Kisah Petualangan Karaeng Galesong, Pangeran Makassar yang Ikut Trunojoyo Taklukan Kesultanan Mataram di Jawa

Beliau telah memberikan keteladanan yang terpuji. Seluruh sisi kehidupan beliau, selalu diisi dengan perjuangan memajukan agama, nusa dan bangsa.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memberikan contoh dan teladan dari seluruh sisi kehidupan beliau yang patut ditiru oleh seluruh pengikut dan murid beliau.***

Editor: Ahmad Latief Fahrezi

Sumber: Warta Lombok

Tags

Terkini

Terpopuler