Ingin Utamakan Manusia Bali dan Alam Bali yang Berbudaya, Cok Ace Minta Ada Revolusi Pariwisata Bali

- 1 September 2020, 05:10 WIB
Wagub Bali, Cok Ace dalam Webinar Kepariwisataan Bali, Senin 31 Agustus 2020
Wagub Bali, Cok Ace dalam Webinar Kepariwisataan Bali, Senin 31 Agustus 2020 /Anya

DENPASARUPDATE.COM - Terus bertambahnya kasus positif Covid-19 di Bali menjadi pertimbangan utama bagi pembukaan kembali pariwisata Bali bagi wisatawan mancanegara.

Pasalnya, semakin naik angka positif Covid-19, maka semakin lama pemerintah pusat dan daerah membuka kembali Bali bagi para wisatawan.

Persoalan ini menjadi perhatian khusus bagi para akademisi dari Universitas Udayana, mereka mencoba kembali melakukan diskusi untuk mencari format kepariwisataan Bali era baru pasca Covid-19 nantinya melalui webinar yang digelar oleh Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana, Senin 31 Agustus 2020.

Baca Juga: Mau Ditahan, Mantan Kepala BPN Ini Diduga Tewas Bunuh Diri Dengan Pistol di Toilet Kejati Bali

Webinar ini juga menghadirkan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) sebagai salah satu pembicara utama di forum tersebut.

Selain itu, hadir juga Guru besar dan peneliti pada pusat unggulan pariwisata UNUD, Prof. Gde Pitana, Ketua pusat unggulan pariwisata UNUD, Agung Suryawan Wiranatha, dan juga Staf Ahli Bidang Pengembangan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia, Dr. Frans Teguh selaku dan sejumlah akademisi lainnya.

Secara khusus, Wagub Cok Ace mengajak semua pihak dari semua sektor dan kalangan untuk menggunakan kesempatan pandemi Covid-19 guna memikirkan dan bersama-sama mencari solusi bagi keberlangsungan dan pemahaman budaya, manusia dan alam Bali yang tetap harus bersatu dalam kesatuan.

Ini sekaligus menjadi komitmen yang diperjuangkan pada masa yang akan datang.

Baca Juga: Mantap! Telkomsel Bagi 150 Ribu Kartu Perdana Paket Internet Gratis Untuk Pelajar di Bali

Ia juga menambahkan bahwa Bali menjadi daerah yang amat sangat terdampak karena mengalami penurunan kunjungan wisatawan yang mengakibatkan mati surinya perputaran ekonomi hingga 100 persen.

Menurutnya, berbagai upaya sudah dilakukan oleh Pemprov Bali tentang protokol tatanan era baru agar masyarakat Bali kembali produktif dan aman dari Covid-19. Dalam hal ini kebersihan telah menjadi kebiasaan baru dan menjadi realitas temporal.

"Apabila pandemi Covid-19 sudah selesai kami mengharapkan agar pola kebiasaan tatanan era baru tetap dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena protokol kesehatan memiliki nilai relevan jika dicermati dengan teliti. Dimana protokol kesehatan merupakan bagian terkecil saat kita saling berinteraktisi antara satu dengan yang lainnya," ungkap Cok Ace.

Ia juga menjelaskan terkait penerapan protokol kesehatan akibat pandemi Covid-19 ini dianggap bukan sekedar menciptakan kebiasaan yang bersih secara fisik atau kasat mata saja.

Webinar Kepariwisataan Bali, Senin 31 Agustus 2020
Webinar Kepariwisataan Bali, Senin 31 Agustus 2020 Nyanya

Tetapi, lanjutnya jug merupakan konsep bersih jika dipandang dari sudut dan unsur niskala adalah sebuah hal yang memang menjadi konsep hidup di Bali yakni konsep Tri Hita Karana.

"Yang mana sebagai manusia kita berkewajiban menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Sang Pencipta (Tuhan), menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan manusia dan menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan," papar dia.

"Selain itu konsep Tat Twam Asi dimana "Aku adalah Kamu dan Kamu adalah Aku" dimaknai dalam kewajiban menggunakan masker di masa pandemi. Dengan arti lain maskerku berfungsi untuk melindungi dan menjaga kesehatanmu dan begitu juga sebaliknya bahwa masker yang kamu paka akan melindungi dan menjaga kesehatan dan keselamatanku dan juga orang disekitar kita," imbuh Cok Ace.

Baca Juga: Pasca Dibui 8 Bulan Akibat Masuk Bali Secara Ilegal, WN RRT Dideportasi ke Guangzhou

Jika diambil hikmah dari wabah Covid-19 ini akan sangat berkaitan dengan visi pola pembangunan semesta berencana menuju Bali era baru "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" dimana keterkaitan untuk saling menjaga dan saling membutuhkan adalah hal utama yang perlu ditingkatkan.

Untuk ke depan, menurut Cok Ace format pariwisata berkelanjutan berbasis budaya yang berkomitmen menjaga alam, budaya dan manusia Bali sebagai asetnya merupakan sosial kapital dari keuntungan pariwisata.

Sunset indah di Pantai Batu Mejan, Canggu dipadati pengunjung, Sabtu 22 Agustus 2020
Sunset indah di Pantai Batu Mejan, Canggu dipadati pengunjung, Sabtu 22 Agustus 2020 Rudolf Arnaud Soemolang

Agar, konsistensi pariwisata budaya ke depannya tidak hanya melihat keunikan bali saja namun juga memperhitungkan keutuhan dari manusia, budaya dan alamnya.

Karena semua sektor dan semua sisi kehidupan yang ada di Pulau Bali ini memiliki kesucian melalui berbagai upacara dari masing-masing kegiatan dan wilayahnya yang bertujuan untuk menyucikan budaya secara niskala.

Baca Juga: Peringati HUT ke-55, IKPI Bali Gelar Aksi Peduli Lingkungan di Pantai Samuh

Namun jika sampai kita menodai apalagi menghacurkan alam, budaya dan manusia Bali itu sendiri maka dapat dikatakan bahwa kita telah membunuh ayah dan ibu kandung kita sendiri (menodai tanah kelahiran).

"Mari kita semua menjaga dan mencari celah bagimana budaya Bali yang selama ini sudah memberikan kenikmatan bagi banyak orang untuk dapat kita lestarikan dengan mengikuti garis flural, sekaligus mencari cara agar pariwisata selain memberikan pendapatan yang tinggi juga dapat memberikan penghidupan yang layak bagi semua warganya," paparnya.

Di sisi lain, Guru Besar Universitas Gajah Mada Wiendu Nuryanti menambahkan bahwa jumlah pekerja di sektor pariwisata sangat besar dan terlihat sangat jelas dengan jumlah yang signifikan tinggi mengalami keterpurukan.

 

Wakil Walikota Denpasar, IGN Jayanegara menarikan tarian topeng
Wakil Walikota Denpasar, IGN Jayanegara menarikan tarian topeng Humas Pemkot Denpasar

"Kita menjadi prihatin sehingga harusnya di era baru ke depan harus tetap kuat dengan strategi yang dilakukan untuk menyikapi kepariwisataan dalam menghadapi perubahan yang fenomenal dimana banyak pihak yang takut mendatangi destinasi pariwisata, dan menunjukkan sejumlah akomodasi memilih untuk berhenti bergerak (khususnya akomodasi udara)," papar dia.

"Sehingga mengalami transformasi yang amat sangat signifikan, hal ini menunjukkan ada yg di untungkan dan ada pula yang tidak, namun tetap penerapan protokol kesehatan harus diterapkan secara konsisten oleh semua pihak sehingga semua merasa terlindungi dari virus Covid-19 ini,"ungkapnya.

Secara prinsip sebuah perubahan memang akan terjadi baik cepat ataupun lambat, namun pandemi Covid-19 ini secara tidak langsung menjadikan sebuah peradaban baru yang terlalu cepat dimana siap ataupun tidak kita semua harus menghadapinya, hal ini tentu saja menguji kesiapan warga masyarakat dalam menerapkan tatanan era baru.

Dengan percepatan peradaban dan perubahan ini, seluruh masyarakat di Indonesia harus sadar bahwa tatanan kehidupan yang lama dan tatanan kehidupan yang baru harus sama sama memiliki keterikatan yang saling mendukung di dalam perbaikan menuju sesuatu hal yang lebih baik.***

 

Editor: Rudolf Arnaud Soemolang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x