Untuk ke depan, menurut Cok Ace format pariwisata berkelanjutan berbasis budaya yang berkomitmen menjaga alam, budaya dan manusia Bali sebagai asetnya merupakan sosial kapital dari keuntungan pariwisata.
Agar, konsistensi pariwisata budaya ke depannya tidak hanya melihat keunikan bali saja namun juga memperhitungkan keutuhan dari manusia, budaya dan alamnya.
Karena semua sektor dan semua sisi kehidupan yang ada di Pulau Bali ini memiliki kesucian melalui berbagai upacara dari masing-masing kegiatan dan wilayahnya yang bertujuan untuk menyucikan budaya secara niskala.
Baca Juga: Peringati HUT ke-55, IKPI Bali Gelar Aksi Peduli Lingkungan di Pantai Samuh
Namun jika sampai kita menodai apalagi menghacurkan alam, budaya dan manusia Bali itu sendiri maka dapat dikatakan bahwa kita telah membunuh ayah dan ibu kandung kita sendiri (menodai tanah kelahiran).
"Mari kita semua menjaga dan mencari celah bagimana budaya Bali yang selama ini sudah memberikan kenikmatan bagi banyak orang untuk dapat kita lestarikan dengan mengikuti garis flural, sekaligus mencari cara agar pariwisata selain memberikan pendapatan yang tinggi juga dapat memberikan penghidupan yang layak bagi semua warganya," paparnya.
Di sisi lain, Guru Besar Universitas Gajah Mada Wiendu Nuryanti menambahkan bahwa jumlah pekerja di sektor pariwisata sangat besar dan terlihat sangat jelas dengan jumlah yang signifikan tinggi mengalami keterpurukan.
"Kita menjadi prihatin sehingga harusnya di era baru ke depan harus tetap kuat dengan strategi yang dilakukan untuk menyikapi kepariwisataan dalam menghadapi perubahan yang fenomenal dimana banyak pihak yang takut mendatangi destinasi pariwisata, dan menunjukkan sejumlah akomodasi memilih untuk berhenti bergerak (khususnya akomodasi udara)," papar dia.