Blak-Blakan Yusril Beberkan Kondisi Soeharto Setelah Jatuh, Sakit-Sakitan, Duduk Tanpa Teman di Rumah Cendana

20 Januari 2023, 09:45 WIB
Presiden Soeharto. /ANTARA FOTO

DENPASARUPDATE.COM – Tokoh politik Yusril Ihza Mahendra menceritakan kondisi mendiang Presiden Soeharto setelah lengser dari jabatannya sebagai Presiden di tahun 1998. 

Yusril pada masa Presiden Soeharto bekerja di Sekretarat Negara dan bertugas sebagai penulis naskah pidato Soeharto.

Setelah Soeharto lengser dari jabatan Presiden pada 1998, Yusril mengaku lama tidak berjumpa dengan Soeharto, dia baru berjumpa ketika Maftuh Basyuni datang kepadanya dan menyampaikan bahwa pak Harto menanyakan keberadaan Yusril. 

“Pak Maftuh Basyuni datang ke rumah pak Harto di Cendana dan ternyata Pak Harto lupa sama pak Maftuh, padahal dia Kepala Rumah Tangga Istana zaman pak Harto. Saat bertemu pak Maftuh, pak Harto bertanya Yusril dimana, Moerdiono dimana?,” cerita Yusril dalam channel Total Politik. 

Yusril kemudian datang ke rumah pak Harto sehari setelah bertemu Maftuh Basyuni, berbeda dengan Maftuh, pak Harto langsung mengenali Yusril. 

Setelah itu Yusril rutin mengunjungi Soeharto ke Cendana hanya untuk mengobrol, menemani pak Harto. Yusril mengungkap di rumahnya Pak Harto lebih banyak duduk sendiri

“Kadang-kadang saya kasian, orang tua ini 30 tahun berkuasa sekarang hanya duduk sendirian di kursi goyang, saya datang kadang-kadang beliau sepertinya mau berdiri tapi saya larang,” ujar Yusril

Ketika Yusril menjadi menteri di era SBY, suatu saat dia  ditelepon oleh Sweden, Ajudan Soeharto dan meminta Yusril datang menemui pak Harto. Yusril kemudian datang menemui pak Harto yang  sudah sakit-sakitan.

Pak Harto ternyata menagih haknya kepada pemerintah, karena dia belum diberikan rumah yang menjadi haknya sebagai mantan Presiden. “Saya kan sakit-sakit, saya belum dikasih rumah sama Setneg, saya perlu rumah untuk rumah sakit jantung untuk mewujudkan niat Ibu Tien,” cerita Yusril menirukan pak Harto. 

Tetapi rumah yang diinginkan Pak Harto tersebut tidak bisa diwujudkan pemerintah karena harga rumah tersebut mencapai Rp70 miliar, sedangkan anggaran negara untuk rumah Presiden saat itu hanya Rp20 miliar. Akhirnya pemerintah memberikan dana Rp20 miliar untuk Pak Harto untuk memperbaiki rumah Cendana. 

“Kondisi rumah cendana itu bocor, sudah rusak, melihat itu saya lapor ke Pak SBY dan duitnya dicairkan Sri Mulyani, dan itu cair beberapa bulan sebelum pak Harto meninggal,” kata Yusril.***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Yotube

Tags

Terkini

Terpopuler