2. Bahasa Jawa
Ungkapan Jawa mangan ora mangan asal ngumpul (makan atau tidak asalkan berkumpul) pertama kali berkembang pada masa Kerajaan Majapahit, tepatnya ketika Mahapatih Gadjah Mada ingin mewujudkan niat dan tekadnya untuk menyatukan Nusantara. Ungkapan ini mereprentasikan persatuan dan kebersamaan yang hingga kini masih sering digunakan oleh etnis Jawa.
3. Bahasa Sunda
Baca Juga: Mantap! Cecen - Marcell Gabung Timnas U-16 Kontra UEA
Dalam ungkapan Sunda berbunyi kacai jadi salewi kadarat jadi salogok mengandung makna “persatuan”. Secara harfiah, ungkapan ini berarti ke sungai kita bersama, ke darat juga bersama. Secara kiasan, ungkapan ini bermakna susah dan senang harus dilalui bersama. Tidak hanya itu, ungkapan Sunda kaciwit kulit kabawa daging juga memiliki makna kiasan, yakni senasib sepenanggungan.
4. Bahasa Madura
Bahasa Madura mempunyai ungkapan yang bermakna “persatuan”, yakni panas kaleben ojen reng Madureh panggun settong. Ungkapan tersebut secara harfiah berarti walaupun panas dan hujan orang Madura tetap bersatu. Sementara itu, arti kiasannya adalah dalam keadaan apapun, orang Madura harus tetap bersatu.
Baca Juga: KAHMI Bali Salurkan Bansos Paket Sembako Bagi Warga Terdampak Covid-19 di Tanjung Benoa
5. Bahasa Manggarai
Pola cama-cama ata mendo, tiwit cama-cama ata geal, ungkapan ini memiliki arti berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Secara umum ungkapan tersebut mengandung makna “kebersamaan”. Dengan demikian, orang Manggarai berpandangan bahwa seberat apapun tugas atau pekerjaan, jika dikerjakan secara bersama-sama dapat diselesaikan dengan baik.