Redi Wisono, Sutradara Dibalik Suksesnya Pementasan Drama Hari Cinta Tanah Air di Blitar, Ada Pesan Mulia

- 16 Februari 2023, 09:18 WIB
Redi Wisono
Redi Wisono /Instagram


DENPASARUPDATE.COM - Blitar sukses rayakan Hari Cinta Tanah Air melalui acara Peringatan Pemberontakan Peta Blitar yang dipimpin Soedanco Soeprijadi.

Satu acara puncaknya adalah pagelaran pertunjukan sendratari kolosal dan teatrikal peristiwa pemberontakan Peta Blitar.

Pertunjukan ini melibatkan ratusan pelajar Blitar yang bergerak di bidang teater dan juga tari.

Dibalik kesuksesan ini, ada satu sosok seniman Blitar yang memiliki peran besar atas kesuksesan pertunjukan tersebut.

Beliau adalah Redi Wisono, Ketua Komite Teater Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Blitar.

Naskah pertunjukan kolosal tersebut ditulis dan disutradarai oleh beliau, bekerja sama dengan pemerintah kota Blitar, pelajar se-Blitar Raya, juga Sanggar Patria Loka Kota Blitar untuk pementasannya.

Pertunjukan kolosal yang mengangkat peristiwa sejarah ini dipersembahkan kepada para Tentara Peta yang telah berani melakukan pemberontakan atas penjajahan Jepang di Tahun 1945.

Meski Hari Cinta Tanah Air dideklarasikan pada tanggal 14 Februari 2021, tapi peresmiannya baru ditetapkan pada tahun ini di tanggal 14 Februari 2023.

Sedangkan pementasan pertunjukan drama kolosal tentang peristiwa Pemberontakan Peta di bawah penyutradaraan Redi Wisono sudah rutin digelar tiap tahun sejak 2004.

Tiap tahunnya, pementasan tersebut selalu melibatkan ratusan pelajar seni se-Blitar. Untuk tahun ini ada 150 pelajar yang dilibatkan dalam pementasan.

Tantangan bagi Redi Wisono setiap tahunnya selalu sama, yakni hujan. Selebihnya, menyenangkan dan selalu berkesan.

Pementasan kali ini diberi judul "Darma Kesatria Bumi Pertiwi" dengan mengusung konsep penggabungan seni drama dan tari, pertunjukan ditampilkan dalam bentuk sendratari kolosal dan teatrikal.

Selaku penulis dan sutradara naskah, berikut makna judul pertunjukan menurut penuturan Redi Wisono.

"Darma itu pengabdian, kesatria itu adalah orang-orang pemberani. Itu artinya Darma bakti orang-orang pemberani untuk memperjuangkan negeri," kata Redi Wisono kepada tim DenpasarUpdate via komunikasi telepon pada tanggal 15 Februari 2023.

Dituturkan pula, proses penggarapan mulai dari pengerjaan naskah, casting, pembuatan fragmen, artistik, juga musik dibutuhkan estimasi waktu 1 bulan.

Pementasan ini tiap tahunnya selalu membawakan poin cerita yang sama di setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan cerita diambil dari peristiwa sejarah.

Jadi, penuturan cerita harus sesuai dengan fakta yang terjadi di dalam sejarah tersebut. Beberapa poin peristiwa penting yang selalu ada diantaranya adegan Perang Asia Timur Raya, Jepang masuk Indonesia, kemudian pembentukan Peta, adanya romusha, hingga kemudian Peta tidak terima kalau Jepang menindas dan akhirnya mereka memberontak.

"Untuk naskah sebenarnya dari tahun ke tahun itu hampir sama pakemnya lho ya. Karena kita bicara tentang sejarah itu nggak boleh menghilangkan, membiaskan," kata Redi Wisono lagi.

Kreasi di tahun ini, ada beberapa adegan yang di tahun sebelumnya tidak ada, tahun ini dimunculkan oleh Redi Wisono, yakni memunculkan Kekasih Soeprijadi, Mbah Khasan Bendo (Guru Soeprijadi) yang tahun sebelumnya hanya selalu dalam wujud suara, dan peresmian Monumen Potlot.

Menjadi kesan tersendiri bagi Redi Wisono saat memunculkan adegan peresmian Monumen Potlot. Karena ini menjadi satu sisi ironi yang ingin diceritakan oleh pegiat seni yang sehari-hari juga berprofesi menjadi guru Bahasa Indonesia tersebut.

Ia menyatakan bahwa belum banyak yang mengupas atau mengkaji Monumen Potlot yang sebenarnya juga menjadi tempat bersejarah saat pemberontakan Peta.

Dimana tempat tersebut jadi lokasi pengibaran bendera oleh Soedanco Parto Harjono tepat sebelum detik-detik pemberontakan Peta dimulai.

"Memiliki sejarahnya yang luar bisa itu, sekarang kenyataannya Monumen Potlot itu tidak banyak dikenal. Jarang sekali orang membicarakan tentang Monumen Potlot," tambah Redi.

Inti dari semua proses pementasan tersebut adalah untuk mengingatkan peristiwa sejarah di Blitar. Mengingat pemberontakan Peta di Blitar merupakan pelopor pemberontakan di Indonesia sebelum akhirnya merdeka di bulan Agustus.

Melalui pementasan ini, Redi Wisono menyampaikan pesan kepada para pelajar dan juga masyarakat yang menonton pementasan akbar tersebut untuk membuat momentum 14 Februari sebagai hari mencintai tanah air.

"Ayo kita membuat 14 Februari itu sebagai momentum untuk mencintai tanah air," kata Redi Wisono.***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x