Maruli Ashari Hasibuan: Jangan Mudah Meng-Kafir-kan karena Beda Mazhab

- 24 Desember 2020, 17:53 WIB
Suasana Kajian Online Islam Rahmatan Lil Alamin Anti Kekerasan oleh MD KAHMI Buleleng
Suasana Kajian Online Islam Rahmatan Lil Alamin Anti Kekerasan oleh MD KAHMI Buleleng /Kartika Mahayadnya/Denpasar Update

DENPASARUPDATE.COM – Warna kebangsaan Indonesia di era reformasi semakin sensitif. Banyak kekerasan verbal maupun fisik terjadi atas nama agama. Terlebih setelah era digitalisasi saat ini. Ujaran kebencian dan paham radikalisme berseliweran di dunia maya. Negara rupanya tak cukup untuk meredam itu tanpa kehadiran tokoh agama dan tokoh masyarakat.  

Menyikapi hal itu, Majelis Daerah KAHMI Buleleng menggelar Kajian Online bertajuk; Islam Rahmatan Lil Alamin Anti Kekerasan. Menghadirkan Dai kondang nasional, Ustadz Maruli Ashari Hasibuan, SH, MH.

Dalam paparannya Ustadz Maruli menegaskan, konteks rahmatan lil alamin di era sekarang adalah menerima pluralisme, menerima segala perbedaan yang telah diturunkan oleh Allah.

Baca Juga: Temukan Kecurangan Joki Antrean di Terminal Galiran, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta Berang

“Makna Islam Rahmatan Lil Alamin itu  tasamuh, jadi kita tidak boleh melakukan praktik pemaksaan keberagaman,” tandas Maruli Dalam Kajian Online yang dimoderatori Sabaruddin Indra Wijaya, itu.

Kemudian lanjutnya, Islam dalam ranah sosial dan politik mengedapankan dialog. “Allah SWT berfirman, musyawirhum fil amri artinya bermusyawarah lah kamu dengan baik pemerintah. Jadi kalau kita sudah dialog, tentu sudah menjadi standar untuk keluar dari persoalan,” tukasnya, meyakinkan.

Selaku pendakwah Maruli juga membaca bahwa dalam konteks kekinian umat acap dibentur-benturkan. “Bagi kita di Islam tidak ada kekerasan, 25 nabi yang diutus oleh Allah hingga Nabi Muhammad SAW tidak ada yang melakukan pendekatan kekerasan. Kata Allah kalau kami berbuat keras mereka akan lari dari rahmat Allah,” paparnya, lugas.  

Baca Juga: Gabriela Masih Kecil dan Covid-19, Teco Pilih Natal di Bali

Pandai-pandai kita memakai diksi kafir. Kalau dialog dengan non muslim kita jangan memakai kata kafir. Tidak ada satupun ajaran islam yang mengajarkan kekerasan

Halaman:

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: DENPASARUPDATE


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x