Cerita Sugeng Santoso, Delegasi Bali di Latpim Mahasiswa Nasional Kemdikbud 2019: Kini Pilih jadi Guru Pelosok

- 1 Mei 2023, 18:14 WIB
Sugeng Santoso, guru muda yang memilih mengabdikan diri menjadi guru di pelosok negeri
Sugeng Santoso, guru muda yang memilih mengabdikan diri menjadi guru di pelosok negeri /Dok.pribadi sugeng santoso/Denpasar Update

DENPASARUPDATE.COM –  Momentum 2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sugeng Santoso (23) adalah salah satu guru muda Indonesia yang memiliki kepercayaan diri dan semangat yang tinggi. Pemuda kelahiran Blitar yang kerap disapa Santos ini mendapatkan karakter positif tersebut dari organisasi kampus yang diikutinya dulu.

Tidak tanggung-tanggung, saat berkuliah di Undiksha Singaraja dirinya pernah menjabat sebagai Sekretaris II dalam Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Undiksha Masa Bakti 2019/2020.

“Saya adalah alumni S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, lulusan 2017,” ucap Santos memperkenalkan diri.

Baca Juga: Wow! Blitar Menari Sukses Pecahkan Rekor Muri, Berhasil Gelar Estafet Jaranan Libatkan 64 Sanggar

Keaktifan dalam organisasi kampus membawanya menjadi perwakilan Undiksha dalam Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Provinsi Bali, yang diadakan oleh Kemdikbud pada tahun 2019. Tak berhenti di situ, Santos pun juga mendapat kesempatan mewakili Bali dalam Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Nasional di Surabaya.

Di Surabaya, pria yang memiliki akun Instagram @santoskti itu mengaku mendapatkan pelatihan kepemimpinan yang kompleks dan sulit. Selain harus bertukar pemikiran dengan mahasiswa-mahasiswa hebat dari seluruh penjuru negeri, dia pun dijejali materi serta studi kasus pembangunan negara berkelanjutan yang rumit.

“Saya dulu tidak menyangka bisa lolos di tingkat nasional. Apalagi melihat delegasi dari daerah lain yang sangat kritis dan vokal,” kata guru yang bercita-cita menjadi pembuat konten pendidikan ini.

 Baca Juga: Kebakaran Wisata Kampung Cokelat Blitar, Kerugian Capai Rp500 Juta, Netizen: Mantap Tetap Buka!

Menjadi Guru di Pelosok

Setelah lulus sarjana, Santos sempat bekerja sebagai pengajar les privat sekaligus asisten dosen dan penyedia jasa perencanaan riset. Pekerjaan tersebut dilakoninya selama lebih dari enam bulan.

Disebabkan adanya rasa bosan yang melanda, Santos pun mengambil keputusan untuk menjadi guru di sebuah sekolah favorit di Probolinggo. Selang enam bulan, dirinya pindah mengajar di Kotawaringin Timur mengajar di yayasan yang berbeda.

“Saya mengambil pekerjaan di Kotawaringin Timur menjadi guru di SMP. Rupanya masa kerja di Kotawaringin Timur hanya tiga bulan. Setelah itu saya dimutasi ke Pulang Pisau, tepatnya di pelosok Kecamatan Bahaur,” terang Santos dalam telewicara.

 Baca Juga: Tradisi Unik Selama Ramadan di Beberapa Wilayah Indonesia, Simak Keseruan Ragamnya

Meski mengajar di pinggiran Kalimantan Tengah yang jauh dari kota, Santos tetap menerima karena menurutnya ini adalah tantangan yang bagus. Waktu yang harus ditempuh dari Palangka Raya ke tempat mengajarnya saat ini berkisar antara 4 hingga 5 jam melewati daratan dan sungai.

“Pertama-tama saya kaget tinggal di sini. Sinyal internet pernah hilang selama semingguan. Belum lagi akses ke mana-mana yang sulit. Untungnya sekarang sudah terbiasa dengan keadaan,” ujarnya.

Mengajar di pelosok tetap membuat Santos melahirkan karya dan mendapatkan berbagai prestasi. Di Maret tahun ini dia berhasil mendapatkan medali perunggu dalam lomba inovasi sosial tingkat internasional, yang diadakan di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Denpasar.

 Baca Juga: Sanggar Budaya Patria Loka Blitar Bersama KKI Libatkan 230 Penari Bagikan 1.200 Takjil

“Selama masih mampu, saya akan mempersembahkan yang terbaik untuk pendidikan. Bagi saya pendidikan adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan ini,” ucapnya. ***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Denpasar Update


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x