Inilah Do'a Berbuka Puasa, Ternyata Lebih Baik Dibaca Setelah Selesai Berbuka, Begini Penjelasannya!

- 16 April 2021, 06:12 WIB
Ilustrasi orang sedang memanjatkan doa
Ilustrasi orang sedang memanjatkan doa /profesi unm/Denpasar Update



DENPASARUPDATE.COM – Setelah menjalankan ibadag puasa seharian di bulan Ramadan, kita disunahkan membaca doa berbuka puasa. Hal tersebut tentunya sangatlah dianjurkan bagi orang yang berpuasa. Doa berbuka puasa ini memang dianjurkan karena hampir semua aktivitas digantungkan pada doa.

Perlu diketahui terdapat sejumlah etika yang baik yang dilakukan saat melaksanakan berbuka puasa. Salah satunya adalah membaca doa pada waktu berbuka.

Ternyata ada beberapa versi yang dijelaskan dalam beberapa hadits mengenai do’a berbuka puasa. Salah satunya adalah hadits riwayat sahabat Mu’adz bin Zuhrah:

Baca Juga: Lahir 16 April Menurut Kalender Bali: Berjiwa Seni Seperti Charlie Chaplin, Komedian Terkemuka Dunia

كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

“Rasulullah ketika Berbuka, beliau berdoa: ‘Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka,” (HR. Abu Daud).

Disisi lain ternyata dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah melafalkan doa sebagaimana berikut:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، إِذَا أَفْطَرَ قَالَ : ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

“Rasulullah ketika berbuka, Beliau berdoa: ‘Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala tetap, insyaallah,” (HR. Abu Daud).

Baca Juga: Siap-Siap! Usai Amankan Semifinal UEL, Setan Merah Sudah Ditunggu Barisan Mantan di AS Roma

Lalu bagaimana menyikapi hal tersebut? Akhirnya oleh umat islam di Indonesia dua lafal do'a diatas digabung menjadi satu dan dibaca sebelum berbuka puasa. Sehingga, bacaan yang sering kita dapati adalah penggabungan doa dari hadits tersebut:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمأُ وابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأجْرُ إِنْ شاءَ اللَّهُ تَعالى

Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu dzahaba-dh-dhama’u wabtalatil ‘urûqu wa tsabatal ajru insyâ-allâh ta‘âlâ

Artinya, “Ya Allah, untuk-Mulah aku berpuasa, atas rezekimulah aku berbuka. Telah sirna rasa dahaga, urat-urat telah basah, dan (semoga) pahala telah ditetapkan, insyaaallah.”

Umumnya masyarakat di Indonesia membaca doa buka puasa ini sebelum menyantap makanan atau meminum minuman di saat masuk waktu maghrib. Padahal, cara membaca doa yang paling benar adalah membacanya ketika setelah selesainya berbuka puasa. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Hasyiyah I’anah at-Thalibin:

Baca Juga: Diterpa Isu MLB, PKB Denpasar Nyatakan Tegak Lurus Dukung Kemimpinan Muhaimin Iskandar

ـ (وقوله: عقب الفطر) أي عقب ما يحصل به الفطر، لا قبله، ولا عنده

“Maksud dari (membaca doa buka puasa) “setelah berbuka” adalah selesainya berbuka puasa, bukan (dibaca) sebelumnya dan bukan saat berbuka,” (Syekh Abu Bakar Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anah at-Thalibin, juz 2, hal. 279).

Walaupun kita pada umumnya membaca doa di atas sebelum berbuka puasa, tapi yang paling utama adalah membacanya tatkala selesai berbuka. Dalam kitab Busyra al-Karim dijelaskan:

ويسنّ أن يقول عنده أي عند إرادته والأولى بعده: اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت

“Disunnahkan bagi orang ketika hendak berbuka—tapi yang lebih utama setelah berbuka—membaca doa “Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika aftharthu,” (Syekh Said bin Muhammad Ba’ali, Busyra al-Karim, hal. 598).

Baca Juga: Pep Bawa City ke Semifinal UCL, Quadraple Didepan Mata

Melihat dari berbagai analisi tersebut sebaiknya membaca doa berbuka puasa dilakukan setelah selesai berbuka, hal ini dimaksudkan agar kita memperoleh kesunnahan yang sempurna (kamal as-sunnah) dalam membaca doa.

Ada hal yang menarik diakhir do'a ini yaitu ditutup dengan permohonan ampun. Penutup doa ini karena kemungkinan banyak pelanggaran yang semestinya tidak dilakukan orang berpuasa. Kita bisa jadi hanya berpuasa secara formal, namun kehilangan semangat puasa.

Contoh pelanggaran yang mungkin ialah kurang syukur, kurang sabar, atau merasa diri perlu dihormati karena puasanya, atau merasa diri lebih tinggi di hadapan Allah karena puasa. ***

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x