Manfaatkan Sampah Plastik, LPLH-SDA MUI Bali Latih Ibu-ibu Produksi Barang Bernilai Jual

- 23 Juni 2021, 20:03 WIB
Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI Bali menunjukkan hasil karya tas cantik memanfaatkan kembali karung beras yang sudah tak dipakai, kemarin.
Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI Bali menunjukkan hasil karya tas cantik memanfaatkan kembali karung beras yang sudah tak dipakai, kemarin. /Kartika Mahayadnya/Denpasar Update

 

DENPASARUPDATE.COM – Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH-SDA) tak letih mencurahkan perhatian untuk kelestarian lingkungan. Kali ini memberikan pelatihan kepada organisasi wanita, pegiat lingkungan dan ibu-ibu pengajian Majelis Taklim memanfaatkan sampah plastik dan barang bekas menjadi barang berharga alias bernilai jual.

Bertempat di Aula Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali, jalan Pulau Menjangan 28 Denpasar pada Rabu 23 Juni 2021, sedikitnya 25 orang perwakilan majelis taklim mengikuti pelatihan memanfaatkan bekas karung beras menjadi tas cantik, membuat Vas Bunga dari bekas botol air mineral dan membuat gantungan bunga dari tali bekas.

Salah seorang instruktur, Dra. Hj. Sri Indriani Haryati, mengatakan, pelatihan ini sebagai wujud mendukung pemerintah khususnya pengurangan sampah plastik. Yaitu Pergub Nomor 97 Tahun 2018, tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai, Perwali Kota Denpasar dan Perda Pengurangam Sampah Plastik.

Baca Juga: Viral! Perjuangan Pelajar ke Sekolah di Jembatan Gantung Rusak, Warganet: Coba Tiru Tiongkok dan Rusia

“Pelatihan ini seiring dengan gerakan 3R yaitu Reduce (kurangi), Reuse (gunakan kembali), Recycle (daur ulang) sampah, khususnya sampah plastik, sekaligus wujud nyata kami mendukung Pergub Bali, Perwali Kota Denpasar dan Perda Kabupaten Badung, terkait upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah,” tandas Sri Indriani Haryati, disela-sela pelatihan.

Untuk pelatihan memanfaatkan tali bekas menjadi tali gantungan bunga menurutnya, mengikuti tren masyarakat dengan menanam tanaman hias dimasa pandemi sekaligus menyiasati lahan terbatas di rumah.

“Tanaman dengan konsep kebun vertikal (vertical garden) menjadi pilihan. Oleh karena itu, kami melatih pembuatan tali pot gantung makrame. Yaitu seni membuat anyaman simpul berbahan kain atau tali yang bersifat dekoratif. Seni ini diperkenalkan pertama kali di Turki,” tuturnya.

Baca Juga: Inilah 5 Aktor Tampan Korea Menurut Sains Berikut Prestasinya: Cek Siapa Saja Idolamu?

Dikatakan, tali pot makrame ini juga bernilai ekonomis karena dapat dijual sehingga dapat menambah pendapatan keluarga, selain tujuan yang utama yaitu menjaga keasrian di rumah dengan banyaknya pepohonan (tanaman hias gantung)

Halaman:

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Denpasar Update


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x