“Padahal sebelum pandemi, jumlah kunjungan mencapai 6,3 juta,”sebutnya.
Hal ini sendiri membuat hampir mayoritas masyarakat Bali yang hidupnya bergantung pada sektor pariwisata menjadi sangat tertekan.
Apalagi, sejumlah pengusaha sempat menambah utang untuk membenahi kembali sarana akomodasi wisata yang mereka kelola.
Baca Juga: Edy Mulyadi Dianggap Lecehkan Prabowo Subianto, Kader Gerindra Denpasar Laporkan ke Polisi
“Mereka sempat punya harapan besar sehingga menambah utang untuk membersihkan kolam, membuat AC kembali dingin dan karpet tidak bau. Ibarat menjaga warung, kami kembali menata barang dagangan,mengelap etalase. Tapi pembeli tak kunjung datang hingga etalase kami kembali berdebu,” ujarnya diplomatis.
Ia pun menyebut sejumlah kebijakan yang perlu dikaji untuk pemulihan pariwisata Bali.
Pertama, syarat penerbangan direct ke Bali yang menurutnya mesti dievaluasi karena tidak mungkin perusahan penerbangan dari Eropa mau memberangkatkan pesawat yang hanya mengangkut 25 penumpang dengan durasi penerbangan cukup panjang.
“Kedua, ruwetnya mekanisme pengurusan visa yang dikeluhkan wisatawan. Selain ruwet, kuota sebanyak 1.500 orang asing per hari untuk tujuan seluruh Indonesia juga sangat kecil, karena sebelum pandemi, Bali kedatangan 16 hingga 17 ribu wisatawan,” ujarnya.