DENPASARUPDATE.COM – Korban akibat Petaka 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur terus bertambah. Hingga Minggu sore, 2 Oktober 2022 dilaporkan sudah 185 orang meninggal lemas akibat gas air mata yang ditembakkan polisi.
Tragedi saat laga Arema FC vs Persebaya ini pun mengundang keprihatinan banyak pihak. Dalam siaran pers bersama, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) seluruh Indonesia meminta negara bertanggung jawab atas Petaka 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Korban jiwa itu menjadi yang terbesar kedua di dunia dalam sejarah pertandingan sepak bola, setelah tragedi serupa di Peru beberapa tahun silam. Dalam catatan, tragedi Estadio Nacional, Lima, Peru pada 1964 yang menewaskan 328 orang.
Dalam siaran pers yang diteken Muhamad Isnur (YLBHI), Habibus Shalihin (Kadiv Advokasi LBH Surabaya) dan Daniel (Koordinator LBH Surabaya Pos Malang), YLBHI dan LBH menyesalkan tragedi tersebut.
"Kami menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan yang terjadi setelah selesainya laga pertandingan sepakbola Arema vs Persebaya pada tanggal 1 Oktober 2022. Kami mendapat laporan bahwa sampai dengan Pukul 07.30 WIB, telah ada 153 korban jiwa dari kejadian ini," sebut siaran pers bersama tersebut.
Sejak awal panitia mengkhawatirkan akan pertandingan ini dan meminta kepada Liga (LIB) agar pertandingan dapat diselenggarakan sore hari untuk meminimalisir resiko. Tetapi sayangnya pihak Liga menolak permintaan tersebut dan tetap menyelenggarakan pertandingan pada malam hari.
Pertandingan berjalan lancar hingga selesai, hingga kemudian kerusuhan terjadi setelah pertandingan dimana terdapat supporter memasuki lapangan dan kemudian ditindak oleh aparat. Dalam video yang beredar, kami melihat terdapat kekerasan yang dilakukan aparat dengan memukul dan menendang suporter yang ada di lapangan.