Anies Baswedan Cerita Perjuangan Neneknya, Bertaruh Nyawa Demi Berangkat ke Kongres Pemuda

- 22 Desember 2022, 16:26 WIB
Anies Baswedan Ketika Remaja dengan Neneknya
Anies Baswedan Ketika Remaja dengan Neneknya /FB Anis Rasyid Baswedan

DENEPASARUPDATE.COM - Peringati hari Ibu, Anies Baswedan ceritakan sosok nenek tercinta yang jadi saksi hidup proses penetapannya di Kongres Perempuan Indonesia.
 
Barkah, nama nenek Anies Baswedan. Sosok perempuan yang menjadi pejuang bagi perempuan di Indonesia. Sosok yang jarang diekspos oleh Anies ini semasa muda sangat aktif dalam kegiatan perjuangan kaum perempuan.
 
Perjuangan nenek Anies tidak hanya untuk kaum perempuan, tapi juga demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Barkah selalu menggunakan kereta api untuk berangkat dari Tegal menuju Yogyakarta. Tempat diberlangsungkannya Kongres Perempuan Indonesia.
 
Nenek Anies Baswedan ini merupakan salah satu pejuang perempuan yang turut hadir saat proses penetapan tanggal 22 Desember sebagai hari Ibu. Beliau ada di dalam kongres tersebut, bergabung bersama pejuang perempuan lainnya.
 
Cerita ini dituangkan Anies lewat akun Instagram pribadinya pada tanggal 22 Desember 2022.
 
Dalam unggahan tersebut, beliau mengunggah 5 foto yang menampilkan sosok sang nenek.
 
Ada foto yang memperlihatkan sosok Barkah duduk di kursi roda, kebersamaan Anies semasa muda dengan nenek, dan dua foto yang memperlihatkan kegiatan nenek semasa aktif berjuang.
 
Barkah, sosok nenek yang telah tutup usia, tetap dikenang oleh Anies sebagai sosok pejuang perempuan yang layak diingat.
 
Di akhir tulisannya, Anies menuliskan pesan terkait peringatan hari Ibu di Indonesia.
 
"Hari Ibu di Indonesia, bukan hanya untuk mengingat 'ibu' yang melahirkan dan membesarkan kita tapi juga mengingat pergerakan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan kemajuan bangsa," tulisnya dalam caption di unggahan akun media sosial pribadinya.***
 
Berikut Kutipan Cerita Anies
 
Setiap Hari Ibu diperingati, maka selalu juga teringat pada Nenek. Barkah namanya. Lahir dan besar di Tegal, Jawa Tengah, seorang pegiat pergerakan perempuan sejak pra-kemerdekaan. Beliau adalah salah satu peserta Kongres Perempuan di Jogja, 22-25 Desember 1928.

Menjelang Kongres, Beliau berangkat sebagai utusan dari Tegal, bersama para pegiat perempuan lainnya. Mereka sudah siap dengan tiket kereta ke Jogja.

Saat tiba di Stasiun Tegal, mereka dihalau dan dilarang naik kereta. Petugas-petugas Belanda saat itu mencegah para perempuan utusan untuk bisa berangkat ke Kongres Perempuan.

Perempuan-perempuan itu tidak menyerah dan tidak pulang ke rumah. Mereka melawan. Mereka menantang. Setelah berdebat dan tak juga tembus. Tahukah apa yg mereka lakukan?

Para perempuan itu menuju ke depan lokomotif kereta yang sudah siap jalan. Mereka semua berbaring di atas rel kereta, berjejer para perempuan itu memaparkan badan. Dibawah terik matahari, depan moncong lokomotif mereka pasang badan, mereka tawarkan nyawa: berangkatkan kami atau matikan kami. Itulah harga mati yang senyatanya.

Stasiun gempar. Belanda gentar. Akhirnya mereka diizinkan naik kereta. Berangkatlah mereka ke Jogja. Berkongres dan ikut membangun pondasi perjuangan perempuan dan perjuangan kemerdekaan.

Semua itu dituturkan Nenek saat itu dengan penuh semangat. Tiap Hari Ibu diperingati, Beliau selalu teringat masa-masa perjuangan itu.

Nenek dikaruniai umur panjang. Meski di masa tuanya harus duduk di kursi roda, Nenek tetap baca koran tiap hari, mengikuti perkembangan dan tetap ajak diskusi siapapun yang berkunjung hingga menjelang wafat di usia 93 tahun. Badannya memang telah menua tapi pikiran dan semangatnya selalu muda.

Saya bersyukur menjadi cucu yang tinggal serumah sejak bayi. Sehari-hari kami bersama di Jogja, hingga saya harus berangkat melanjutkan kuliah ke Amerika. Sejak masa kecil, nenek sering ajak ikut hadir berbagai pertemuan organisasi perempuan. Selama bersama di Jogja itu pula, berderet kisah perjuangan dan hikmah hidup yg diceritakannya, termasuk kisahnya tentang keberangkatan ke Kongres Perempuan itu.

22 Desember, Hari Ibu di Indonesia, bukan hanya untuk mengingat “ibu” yang melahirkan dan membesarkan kita, tapi juga mengingat pergerakan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan kemajuan bangsa.

#ABW

Editor: I Gusti Ngurah Kartika Mahayadnya

Sumber: Instagram Anies Baswedan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x