Mantan Bupati Tabanan Ketut Sundria Wafat, Sugawa Korry Sebut Golkar Kehilangan Legenda Panutan

- 23 September 2020, 10:07 WIB
Mantan Ketua DPRD Bali 1997-1999, Ketut Sundria (paling kiri) bersama keluarga besar semasa hidup
Mantan Ketua DPRD Bali 1997-1999, Ketut Sundria (paling kiri) bersama keluarga besar semasa hidup /Dok. Keluarga Brigjen TNI (Purn) Ketut Sundria

DENPASARUPDATE.COM - Kabar duka menyelimuti dunia perpolitikan Bali, Mantan Ketua DPRD Bali, Brigjen TNI (Purn.) H. I Ketut Sundria meninggal dunia, Senin 21 September 2020 lalu. 
 
Politikus cum purnawirawan TNI berbintang satu ini menghembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot Subroto Jakarta sekitar pukul 15.16 WIB kemarin.
 
Hal ini seperti dibenarkan oleh Ketua DPD I Partai Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korea saat dikonfirmasi DenpasarUpdate.com, Rabu 23 September 2020 pagi. 
 
 
Sugawa Korry menyebutkan bahwa almarhum sudah dimakamkan di San Diego Hills Karawang, Jawa Barat, Selasa 22 September 2020 kemarin. 
 
Almarhum sendiri, meninggal akibat sakit komplikasi yang sudah lama dideritanya sejak beberapa waktu lalu. 
 
Pihaknya juga menyebutkan bahwa keluarga besar Partai Golkar Bali sangat kehilangan sosok Sundria. 
 
 
Ini dikarenakan Sundria sendiri dikenal sebagai Mantan Ketua DPD I Golkar Bali periode 1993-1998. Saat itu, menurut Sugawa Korry Golkar berada dalam fase-fase kritisnya di masa transisi Orde Baru ke Reformasi. 
 
"Beliau ditetapkan sebagai Ketua Golkar Bali setelah dipandang sukses sebagai Bupati Kabupaten Tabanan selama dua periode," ujarnya. 
 
Saat itu, menurut Wakil Ketua DPRD Bali ini, Sundria dinilai berhasil dalam memimpin Golkar dengan baik dan mampu menyelamatkan Golkar Bali dari kehancuran di masa transisi tersebut. 
 
 
Saat itu, Golkar benar-benar dihujani hujatan dan tekanan dari masyarakat yang ingin membubarkan Golkar karena dianggap warisan dari pemerintahan otoritarian Orde Baru. 
 
"Pada masa kepemimpinan beliau di Golkar sangat akomodatif, demokratis, akrab dan kekeluargaan serta merakyat. Pada masa kepemimpinan beliau, tekanan terhadap Partai Golkar pada saat itu, sangat berat, di tengah-tengah suasana reformasi," paparnya. 
 
Sugawa Korry juga menceritakan kenangannya selama mendampingi Ketut Sundria di DPRD Bali. 
 
 
Saat itu menjelang reformasi, beratnya tekanan terhadap Partai Golkar. Hampir setiap hari, di DPRD harus menerima demo besar-besaran. 
 
Menaikkan dan menurunkan bendera di halaman DPRD sesuai permintaan demonstran. 
 
Meski demikian, Wakil Ketua DPRD Bali yang saat itu duduk sebagai anggota Fraksi Partai Golkar mengakui kekagumannya terhadap Mantan Bupati Tabanan 1989-1994 itu. 
 
Menurut dia, saat menghadapi para demonstran, Sundria tidak sekalipun menunjukkan wajah gentar atau khawatir dalam kondisi genting seperti itu. 
 
 
“Satu hal yang saya kagumi, dalam suasana seperti setiap hari saya dampingi beliau dengan beberapa teman fraksi. Beliau tidak pernah tunjukkan wajah dan perasaan takut dan khawatir. Beliau sangat rajin dan selalu hadir dikantor, sehingga saya dan beberapa teman juga tidak pernah merasa takut,”kenangnya.
 
Bahkan, ia juga menyebutkan bahwa sosok Sundria merupakan sosok kader Golkar yang sangat militan. Ia mengaku bahwa saat itu Sundria bersama dirinya empat menginisiasi beberapa kader Golkar lainnya untuk membuat demo tandingan dengan nama Forum Pembela Reformasi Konstitusional (FPRK) dengan Korlap IGN Anom Masta (saat ini Wakil Ketua DPRD Gianyar) dan 2 ribu orang massa.
 
Demo itu sendiri dilakukan sebagai bagian dari show force para kader Golkar yang 'dihujani' berbagai kecaman dan tudingan dari masyarakat. 
 
"Dan di DPRD yang terima demo saya sendiri. Demo berjalan damai, walaupun besoknya mendapat kritik sebagai demo tandingan. Bagi kami, kader pada saat itu, hanya ingin tunjukkan bahwa Golkar masih ada. Dan tekanan terhadap orde baru dan Golkar terasa semakin berat," ucapnya. 
 
 
Terakhir, pihaknya merasa bangga dengan loyalitas dan kepemimpinan Ketut Sundria semasa hidupnya. Sugawa Korry berharap pengabdian almarhum selama hidupnya, bisa menjadi pelajaran dan oleh seluruh kader Partai Golkar.
 
"Terlepas dari kelebihan dan kekurangan beliau, sebagai kader Golkar, kami bersyukur dan berbangga atas kepemimpinan beliau. Saat ini, beliau telah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa, semoga amal bhakti, serta pengabdian beliau diterima oleh-Nya, dan keluarga tabah hadapi cobaan ini. Dumogi amor ing acintya," tutupnya.

Baca Juga: Menteri Agama Fachrul Razi Terpapar Covid-19

Ketut Sundria sendiri lahir di Denpasar, 15 Agustus 1937. Purnawirawan Jenderal berbintang satu ini mengawali karir politiknya sebagai Bupati Tabanan pada 1989-1994. Perwira TNI asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung yang kala itu juga menjabat Ketua DPD I Golkar Bali periode 1993-1998.
 
Saat menjabat sebagai Bupati Tabanan sendiri, Sundria dikenal sebagai Bupati yang sangat tegas dan pekerja keras. Di masa pemerintahan Bupati Sundria, Tabanan berprestasi tingkat nasional di bidang kebersihan, hingga tiap tahun jadi langganan peraih tropi Adipura.
 
Bahkan menyabet tingkat Adipura Kencana. Ia kemudian digantikan I Komang Wijana, Bupati Tabanan 1994-1999 yang juga dari kalangan TNI. Kemudian, puncaknya ia sempat menjadi Ketua DPRD Bali 1997-1999 sekaligus menjadi anggota MPR RI Urusan Daerah Bali 1997-1999.
 
Ia kemudian tidak menjabat sebagai ketua dewan akibat masa peralihan dari Orde Baru ke masa Reformasi. Sundria lalu digantikan oleh Ida Bagus Putu Wesnawa dari PDIP hasil Pemilu 1999.***

Editor: Rudolf Arnaud Soemolang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x